tag:blogger.com,1999:blog-30047706096344617082024-03-13T23:03:08.746-07:00PPKn UNCENProdi PPKn tekad untuk maju tanpa menyerah. Kirimlah tulisan anda melalui e-mail atau kirim teks dalam flash atau cd ke alamat Program Studi PPKn/Jurusan IPS/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP-Universitas Cenderawasih. No HP. 081328439500willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.comBlogger27125tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-27299170613063992292016-06-13T16:16:00.003-07:002016-06-13T16:16:50.843-07:00SIAPA ORANG ASLI PAPUA? Oleh : Dr. Beny Giay<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: 18.6667px;">(KITORANG SEMUA YANG HIDUP DAN MENJADI ORANG PAPUA PERLU BACA TULISAN BAPAK BENY GIAY, TULISAN INI SEBAGAI SUMBANGAN EMAS BAGI ANTISIPASI KONFLIK MASALAH "SIAPA ORANG ASLI PAPUA" (Komentar singkat ini oleh Willius Kogoya)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1. Pendahuluan</i></b><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Banyak kalangan belakangan ini, khususnya para elit baik Papua maupun non-Papua secara terbuka maupun diam-diam membahas pertanyaan “siapa orang asli Papua”. Ia menjadi masalah ketika perjuangan kemerdekaan Papua melahirkan Ostus pada tahun 2001, terlebih dengan terbitnya SKP MRP No 14, terkait bupati dan wakil dan walikota dan wakilnya. Walaupun sebelum Otsus dan SK MRP diterbitkan, tidak ada yang persoalkan itu. Karena semua tahu siapa bangsa Papua. Tetapi demikianlah anak manusia di mana saja, yang panik atau repot sana sini, saat kenyamanan dan kepentingannya mulai terganggu oleh wacana itu. Terlebih saat-saat menjelang pemilihan anggota MRP atau ketika SK MRP No. 14 yang mengamanatkan agar bupati dan wakil; walikota dan wakil ialah orang asli Papua. Pada saat seperti itu: semua pihak mulai pasang kuda-kuda membuat aturan hukum segala untuk mengaburkan “masalah yang sebenarnya ayam putih terbang siang” untuk meloloskan kepentingannya.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Menyikapi perkembangan ini saya untuk memberi catatan sekitar wacana itu. Pijakan dan kerangka saya menyusun catatan ini ialah sejarah sunyi bangsa Papua, yang secara terus-menerus disembunyikan atau dihapus oleh pemerintah negara ini sejak tahun 1960an dengan berbagai cara dan siasat. Misalnya dengan pembredelan buku-buku sejarah kekerasan negara terhadap rakyat Papua untuk menghilangkan jejak-jejak sejarah sunyi bangsa Papua. Dari sudut pandang dan kerangka sejarah Papua yang dilarang itulah saya menjawab pertanyaan “siapa orang asli Papua”. Berangkat dari kerangka sejarah itulah saya membagi “orang asli Papua” menjadi dua kategori. Dalam kategori yang <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">pertama</i>, saya masukkan warga tanah Papua” yang korban secara langsung karena dianggap sebagai “yang lain” oleh elit pemerintah /rakyat Indonesia sehingga (Jakarta dan rakyat Indonesia) mengangkat dirinya sebagai pihak yang paling beradab dan mendapat panggilan untuk: membangun, memberdayakan, membina, mengendalikan, menghajar dan menghilangkan Papua sebagai pihak ”yang lain”. </div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Tetapi ada juga “orang asli Papua” kategori kedua yang telah menyelami sejarah Papua dan menjadi bagian dari bangsa Papua yang tersingkir yang secara konsisten berjuang (dari awal sampai akhir) bersama Papua, dan menjadikan penderitaan dan impian Papua sebagai penderitaan idealismenya sendiri. Pembagian kedua kategori ini tidak dimaksudkan untuk mendiskriminasi kategori kedua. Poncke Princen dari Indonesia “yang saya anggap “orang pribumi Indonesia” dalam sejarah Indonesia akan saya sebutkan dalam bagian ketiga untuk memberi contoh konkrit “orang asli Papua” dalam kategori kedua tersebut.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">2.Siapa Orang Asli/bangsa Papua: Mereka yang Menjalani Memoria Passionis</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ketika berbicara mengenai “Orang asli Papua”, kita sedang merujuk kepada mereka yang menjalani pengalaman sejarah berikut.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(a) Orang asli Papua: ialah warga bangsa tanah Papua yang leluhurnya telah bermukim di tanah ini ribuan tahun, jauh sebelum makhluk-mahkluk jahat atau suanggi bernama: negara bangsa seperti Indonesia, Amerika, Belanda lahir. Orang Papua di sini tidak bisa lain dari keturunan suku bangsa-bangsa yang telah bermukim di tanah Papua dengan perangkat aturan /hukum dan agama yang mereka pedomani dalam interaksi social dan hidup dari mengelola sumber daya alamnya, jauh sebelum Indonesia terbentuk dan Negara bangsa lain terbntuk. Itu unsur pertama. Tetapi ini bukan satu-satunya kriteria.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(b) Kriteria kedua, ialah keturunan dari warga suku bangsa (kategori a di atas) yang leluhurnya (gadis-gadis hitam berambut keriting yang dalam bahasa Tiongoa disebut: jenggi, seng-ki atau tungki”) dijadikan sebagai upeti oleh Sriwijaya pada abad ke 8 dan dipersembahkan kepada Cina<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn1" name="_ftnref1" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[1]</span></span></span></a>. Orang asli Papua ialah keturunan dari 300 orang leluhur bangsa Papua yang dalam tahun 1381 dipersembahkan oleh Majapahit kepada Cina sebagai upeti. Dan tahun berikutnya 100 orang warga bangsa Papua dikirim ke Cina sebagai upeti<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn2" name="_ftnref2" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[2]</span></span></span></a>. Singkatnya “orang asli Papua, ialah keturunan leluhur Papua yang dijadikan sebagai budak oleh Sriwijaya dan Majapahit yang dipersembahkan kepada Cina. Sekali lagi ini baru dua kriteria. Masih ada criteria ke tiga.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(c) Ketiga, warga yang tinggal di tanah Papua yang leluhurnya telah lama yang dijadikan sebagai obyek perampokan, pengayauan dan perbudakan oleh Tidore dan Ternate melalui hongi: armada khusus yang dikirim oleh Sultan itu; untuk menangkap (anak laki-laki dan perempuan, tua dan muda) warga bangsa Papua dan menjualnya sebagai budak<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn3" name="_ftnref3" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[3]</span></span></span></a>.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Sehingga menurut I.S. Kijne di Maluku Utara dan Maluku secara umum istilah “Papua” identik dengan budak”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn4" name="_ftnref4" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[4]</span></span></span></a>. Siapa saja yang menjadi korban dan mewarisi trauma ini, yang menurut Eliezer Bonay sampai generasi ke generasi ke delapan<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn5" name="_ftnref5" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[5]</span></span></span></a> dialah “orang asli Papua” Sekali lagi masih ada unsur lain.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(d) warga bangsa ini (butir a di atas) yang selama puluhan dan ratusan tahun menjadi sasaran serangan politik stigma seperti: bodoh, malas, separatis, dll; atau warga bangsa Papua (butir a diatas) yang hingga sekarang ini menjadi korban rasisme Indonesia; yang mengidentikkannya dengan “kete” (monyet). Siapa “orang asli Papua” warga bangsa Papua yang sering menerima arahan dari orang Jawa untuk ‘kawin aja dengan orang Jawa biar bisa perbaiki keturunan”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn6" name="_ftnref6" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[6]</span></span></span></a>. Sehingga siapa saja Papua yang menjadi korban rasisme dan stigma politik yang disebutkan di atas dialah “orang asli Papua”.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(e) Kriteria ke 5 orang asli Papua ialah mereka (a s/d d) yang sejak awal tahun 1960an (hingga dewasa ini) meratap dan terusik saat tentara/pemerintah Indonesia membakar/membredel semua dokumen dan buku yang ditulis mengenai Papua baik yang ditulis penulis Papua maupun Barat; yang dimulai dengan pembredelan buku: <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ik ben Een Papua</i> yang ditulis oleh Zacharias Sawor, disusul dengan pembredelan <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Benteng Jen bekaki</i> (yang ditulis Ds Jan Mamoribo) dan <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Djajapura Ketika Perang Pasifik</i> (Arnold Mampioper), <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tenggelamnya Rumpun Melanesia</i> oleh Sendius Wenda, hingga <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pemusnahan Etnis Papua</i> yang ditulis Socrates Yoman. Orang Papua asli yang terganggu dan emosi saat mendengar buku karya anak adatnya dilarang beredar atau dibredel oleh pemerintah NKRI (Neraka Kesatuan Republik Iblis).</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(f) Orang asli Papua, ialah mereka yang harkat dan martabatnya dihancurkan atas nama pembangunan. Mereka yang mengalami dampak langsung dari ideologi dan kebijakan pembangunan yang bias pendatang: <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">migrant biased development policy</i>. Kebijakan dan ideology pembangunan yang dibuat semata-mata untuk dan demi kesejahteraan dan kepentingan pendatang di Papua; dan menyepelekan kepentingan dan masa depan bangsa Papua (yang sudah tinggal di tanah ribuan tahun sebelum Indonesia, dan Negara bangsa lainnya lahir). Contoh kebijakan terakhir yang berbau <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">bias pendatang</i> ialah: rencana pengiriman transmigrasi ke Pegunungan Tengah dan pemekaran Kabupaten untuk (menampung orang Indonesia yang keluar dari Timor Leste, korban Lumpur Lapindo di Sidowardjo, rakyat miskin dari Jawa atau provinsi lain di Indonesia) yang sekaligus membunuh Papua secara perlahan tetapi bertahap dan pasti. Orang asli Papua adalah mereka yang hidup dan masa depannya terancam oleh kebijakan pembangunan yang diskriminatif ini sehingga bangkit melakukan perlawanan terhadap peraturan dan kebijakan pembangunan yang berbau rasisme dan pemusnahan etnis ini.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
g) Siapa orang asli Papua? Mereka yang tinggal di tanah ini yang sering menjadi korban dan sasaran pengejaran dan pembunuhan sebagai bagian dari operasi-operasi militer berikut<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn7" name="_ftnref7" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[7]</span></span></span></a>:<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<ul style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 1.4; list-style-position: outside; margin: 0in 0px 0.5em; padding: 0px 2.5em; text-align: justify; vertical-align: baseline;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi Sadar (dimulai 27 September 1962 sampai 15 November 1962 untuk mengantisipasi penarikan pasukan Belanda dengan tugas (a) mengamankan penyerahan Irian Barat dari Belanda ke NKRI 9 (b) pengerahan semua angkatan untuk duduk dalam posisisi strategis dalam UNTEA di Irian Barat: angkatan yang terlibat adalah: AURI, KEPOLISIAN, ANGKATAN DARAT yang secara terbuka maupun tertutup mengedalikan kebijakan UNTEA bagi kepentingan NKRI (c) penguasaan Irian Barat.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi Wisnamurti (dimulai 5 Januari 1963) untuk menyadarkan masyarakat Papua bahwa masa depannya ada di tangan pemerintah RI.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi sadar (mulai tanggal 3 Agustus 1965 sampai tahun 1967) untuk menumpas OPM</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi wibawa (dimulai tanggal 22 Februari 1969 dengan tujuan untuk (a) menyelesaikan gangguan keamanan oleh Gerombolan separatis: Ferry Awom di Kepala Burung (b) menumbuhkan dan memelihara kewibawaan Pemerintah sebagai kelanjutan dari Operasi sadar.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi Wibawa ini dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara:</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi tempur menghancurkan kekuatan fisik lawan</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi territorial mendukung aparatur Negara dalam operasi wibawa.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi Intelligence: untuk membongkar jaringan/unsure pendukung Gerakan separatis. Dalam pelaksanaannya Oprasi Wbawa ini dibantu oleh</i></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(a)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jon satgas pelaksana 713/Merdeka</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(b)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jon Satgas 724/Atasan Udin</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(c)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jon satgas 732/Pattimura</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(d)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jon satgas 741 Udajana</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(e)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Ki Satgas Jon 700/LINUD</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(f)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">TON ARHANUD</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(g)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">JONIF 590 Brawijaya</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(h)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Jonif 516 Brawidjaja</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(i)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Don Zipur VIII/Brawidjaja</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(j)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Den dipiad</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(k)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Den Kavser</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(l)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Den Penerbad</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(m)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Unsur Perbekud</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(n)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Denpashanda</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(o)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Unsur AURI</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 1.25in; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: -0.5in; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">(p)<span style="border: 0px; font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; line-height: normal; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> </span></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1 pesawat Dakota dan 1 pesawat B26.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 0.5in; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi ini dilaksanakan dalam 4 tahap (triwulan I sampai triwulan IV)</i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px 0px 0px 0.5in; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<ul style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 1.4; list-style-position: outside; margin: 0in 0px 0.5em; padding: 0px 2.5em; text-align: justify; vertical-align: baseline;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi Pamungkas</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi keras</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi No. 009 (mulai tanggal 20 September 1969) dengan tujuan menyusup ke daerah pedalaman membawa misi kemajuan dan peradaban. Sasarannya ke daerah Lembah X yang masih terkebelakang.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Operasi No. 007 ke Lembah X yang sama untuk mendokumentasi kehidupan Masyarakat di Lembah X</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1 Juli 1970, Operasi Pamungkas untuk menyikapi perlawanan yang dilakukan Melkias Awom dan Nataniel Awom di Biak Utara. Operasi ini menewaskan banyak masyarakat tak berdosa, lantaran ketidak-berdayaan TNI menguasai medan</i><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn8" name="_ftnref8" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 11pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 11pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[8]</span></b></span></span></i></span></a><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">25 Oktober 1979, „operasi pembersihan“ di Biak Barat dan Biak Utara.</i><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn9" name="_ftnref9" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 11pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 11pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[9]</span></b></span></span></i></span></a></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1979 -1982 Operasi Sapu I dan II bersih atas Pangdam Mayjen Ci. I. Santoso yang kemudian menjadi Sekjen Menteri Transmigrasi<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn10" name="_ftnref10" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[10]</span></b></span></span></a>.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1981 Operasi Galang I dan Galang II, dibawah Panglima Mayjen C.I. Santoso</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhir 1983 – awal tahun 1984, operasi Tumpas yang dilaksanakan dibawah Komando Pasukan Kopasanda (Kopasus)<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn11" name="_ftnref11" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[11]</span></b></span></span></a></i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: arial, sans-serif; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span></i></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Orang asli Papua ialah warga keturunan leluhur Papua yang menjadi korban langsung maupun tidak langsung operasi-operasi militer ini.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(h) Siapa orang asli Papua? Mereka yang masuk dalam kategori (a) di atas yang dalam 1960an meratap dan berkabung selama 3 hari saat Indonesia mengambil alih pemerintahan dan kemudian setelah Pepera dimenangkan Indonesia. Seperti Amapon Jos Marey yang meratap di atas pesawat saat membaca Isi perjanjian New York. “Hanya Tuhan yang mengetahui masa depan kami bangsa Papua dan tanah ini. <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">No body knows the troubles I’ve seen, no body knows my sorrow”<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn12" name="_ftnref12" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[12]</span></b></span></span></a>; </i>dan puluhan pengungsi Papua di pulau Manus (PNG) yang berkabung selama beberapa hari saat mendengar PEPERA 1969 dimenangkan Indonesia<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn13" name="_ftnref13" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[13]</span></span></span></a>.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(i) Orang asli Papua: warga keturunan leluhur bangsa Papua yang telah hidup di tanah ini jauh sebelum Sriwijaya dan Majapahit lahir, yang sejak Indonesia menduduki Papua, menjalani sejarah pengungsian dan menjadi bangsa pengungsi. Simak catatan singkat kronologi sejarah pengungsi Papua Barat ke PNG 1962 sampai 1986 seperti yang dikutip dalam Penelitian tadi oleh Glazebrook.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: 10pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1962 - 1968</i></b><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></i></div>
<ul style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 1.4; list-style-position: outside; margin: 0in 0px 0.5em; padding: 0px 2.5em; text-align: justify; vertical-align: baseline;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Agustus 1962, setelah Belanda menandatangani perjanjian New York untuk menyerahkan Papua Barat kepada pemerintah Indonesia ribuan orang Papua mengajukan permohonan tinggal kepada pemerintah Australia untuk di PNG.</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Akhir Agustus 1962, 350 orang Papua Barat mengungsi ke Weam, PNG</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Juni 1963, Ratusan orang Papua Barat mengungsi ke tempat-tempat pemukiman warga PNG di sepanjang perbatasan PNG RI: Jayapura Vanimo (bagian Utara) di Skotiau</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Oktober 1968, 40 orang pengungsi politik dari Papua Barat dipindahkan dari Vanimo dan Wewak ke pulau Manus.</i></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1969</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></i></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pengungsi dan pencari swaka Papua sangat besar jumlahnya dalam tahun 1969, sebelum dan menjelang Pepera 1969, walaupun Pemerintah Indonesia menawarkan amnesty. Barangkali karena amnesty ini diikuti oleh kegiatan Kampanye Operasi Sadar (Operation Awareness Propaganda)</i></div>
<ul style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 1.4; list-style-position: outside; margin: 0in 0px 0.5em; padding: 0px 2.5em; text-align: justify; vertical-align: baseline;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Januari, 51 orang yang mengungsi dan mencari swaka</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Februari, 77 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Maret, 25 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">April, 196 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Pertengahan April, 111 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mei, 402 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Juni, 188 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dalam bulan Juni jumlah pengungsi di tiga tempat di PNG dicatat sebagai berikut: (a) Yako: 112 orang; (b) Morehead: 280 orang; (c) Manus: 50 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Juli, 140 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Agustus, 616 orang</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Desember, 326 orang</i></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1977 – 1982</i></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></i></b></div>
<ul style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 1.4; list-style-position: outside; margin: 0in 0px 0.5em; padding: 0px 2.5em; text-align: justify; vertical-align: baseline;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mei 1977, 490 orang Papua menyeberang ke perbatasan RI dan PNG sebagai pengungsi. 290 orang di Kwari Barat Daya Daru) 200 orang di Wawol di Western Province. Kemudian dalam bulan yang sama 60 orang menyeberang ke Bewani, PNG</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Agustus 1978, 50 orang Papua menyeberang ke Yako, PNG; 30 orang dari mereka mencari swaka dari PNG, dll</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Juni 1979, 145 pengungsi Papua Barat di PNG dipindahkan oleh Pemerintah PNG dari Kam Pengungsi di Yako, Oksapmin, Madang dan Weam</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Desember 1980, 120 warga masyarakat mengungsi ke Morehead, Western Province, PNG</i></li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1982, 29 orang pengungsi Papua Barat dipindahkan oleh Departemen Luar Negeri PNG dari Yako ke Wutung dan Bewani, PNG</i><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: arial, sans-serif; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">. </span></i></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Orang asli Papua: warga keturunan leluhur yang telah tinggal di tanah ini jauh sebelum Tidore dan Ternate lahir, yang sejak Mei 1962 menjalani sejarah kehilangan dan pengungsian di atas.</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(j) keturunan leluhur Papua yang sejak 1880an hingga dewasa ini dicatat terus memperjuangkan impian jaman bahagia melalui gerakan-gerakan mesianis/keagamaan: seperti:<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> koreri</i> (makan di satu piring),<i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> hai</i> (jaman bahagia), <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ayii</i> (jaman kseteraan dan semuanya berkecukupan), dll<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4050352257245237226#_ftn14" name="_ftnref14" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;" title=""><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span class="MsoFootnoteReference" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><span style="border: 0px; font-family: "times new roman", serif; font-size: 12pt; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">[14]</span></span></span></a>.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(k) Warga yang Papua yang menjadi target dan korban dari kebijakan Pengkondisian yang dimuat dalam Dokumen sangat Rahasia yang dikeluarkan pada tanggal 9 Juni 2000 oleh Dirjen Kesbang dengan nomor 578/ND/KESBANG/D IV/VI/2000. Dokumen tsb memberi perintah agar dilakukan operasi dengan melibatkan semua institusi Negara maupun swasta (baik langsung maupun tidak langsung untuk mengendalikan Papua yang separatis dan yang berpotensi menjadi separatis); dengan sifat operasi :terbuka maupun tertutup) di seluruh Provinsi dan Kabupten/kota. Siapa saja yang menjadi korban dan sasaran operasi: merekalah “orang asli Papua”.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(l) keturunan leluhur Papua yang sejak awal tahun 1980an dipaksa/diteror dan ditembak TNI POLRI karena bermasa bodoh, enggan atau terlambat mengikuti upacara hari kemerdekaan 17 Agustus, seperti yang telihat dalam kasus dan pengalaman berikut.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<ul style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 1.4; list-style-position: outside; margin: 0in 0px 0.5em; padding: 0px 2.5em; text-align: justify; vertical-align: baseline;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Dua warga suku Mee warga yang ditembak Koramil Obano (Paniai Barat) lantaran terlambat mengikuti upacara perayaan hari kemerdekaan 17 tahun 1983. Satu diantara korban tewas ditempat; sementara yang lainnya luka berat di kaki kanan karena tiba di tempat upacara 30 menit setelah upacara dimulai.</li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Warga pos 7 Sentani yang rumahnya menjadi operasi target penggeledahan pada tanggal 16 Agustus 2006. Saat operasi pagi hari (sekitar jam 5 sampai 6 pagi) berlangsung warga yang tidak mengibarkan bendera merah putih di halaman rumahnya dihajar dan diinterogasi dan disuruh pergi membeli bendera merah putih di Pasa Baru Sentani. Penghuni rumah-rumah yang kedapatan menyimpan bendera/gambar bendera bintang kejora didaftar namanya setelah dipukul babak belur gerombolan TNI POLRI.</li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Demikian juga warga Kelapa Lima, Merauke; sekitar jam 5 pagi yg diangunkan gerombolan TNI POLRI yang melakukan operasi memantau kampong-kampung mana yg tidak menaikkan bendera merah putih.</li>
<li class="MsoNormal" style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px 0px 0.25em; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Staf Lurah Hedam yang diteror dua orang Indonesia (anggota Kopassus) karena tidak menaikkan bendera merah putih pada tanggal 16 Agustus 2007..</li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Ini kriteria lain siapa orang asli. Mereka yang dipaksa merayakan penjajah yang merebut harga diri dan masa depannya.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(*) Orang asli Papua ialah yang menurut laporan <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Yale University</i> (November 2003) dan <i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sydney University </i>(Agustus 2007) sedang menuju kepunahan.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
(*) Kategori yang terakhir ialah perempuan dan laki-laki orang Indonesia yang menikah dengan orang asli Papua” di atas (kategori a sampai l) yang sering dimarahi orang Indonesia lain, “mengapa menikah dengan orang Papua yang bodoh, pemabuk dan primitif? Apakah tidak ada laki-laki (atau perempuan) lain di Jawa, Sulawesi, Maluku, dll, kah?<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Kriteria “orang asli Papua” di atas harus dilihat/dibaca secara utuh, tidak dibagi-bagi dan dilihat secara sepotong-potong. Siapa “orang asli Papua”? Siapa “orang asli Papua”? Siapa saja yang memenuhi criteria di atas, mari silahkan bergabung. Tetapi orang Papua tidak hanya itu.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-stretch: inherit; line-height: 20.8px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
Bersambung; <b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><i style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="http://www.sastrapapua.com/2016/04/siapa-orang-asli-papua-ii-mereka-yang.html" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;">Orang Asli Papua: Mereka yang Memikul Salib Bersama</a></i></b></div>
willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-9699005787933127312016-06-13T16:06:00.000-07:002016-06-13T16:06:04.214-07:00KNPB di Mata Seorang Melayu di Jayapura Oleh: Yohanes Kertajaya*<div style="background: white; border-top: dashed windowtext 1.0pt; border: none; mso-border-top-alt: dashed windowtext .25pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 0cm 0cm;">
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Saya datang ke sini, di tanah Papua, untuk menjadi seorang guru.
Tidak ada tujuan lain dan tidak ada yang mengajak. Keprihatinan ibuku atas
kondisi pendidikan di Papualah yang membawa saya ke sini. Ibu relakan saya
habiskan hidupku untuk orang Papua, menjadi guru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Benar,
saya telah menjadi guru di sebuah sekolah swasta di Jayapura kurang lebih 12
tahun ini. Latar belakang pendidikan saya adalah sosial politik dari
universitas ternama di Yogyakarta. Saya mengajar sosiologi dan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Di sini, saya lebih puas menjadi pendidik daripada yang
lainnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://3.bp.blogspot.com/-f3YcgTNNv90/V188KHw8QiI/AAAAAAAAEV4/wqkSokXvo1Yfjn4JtMY6842snwahUJJdgCLcB/s1600/FB_IMG_14598042183608035.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="168" src="https://3.bp.blogspot.com/-f3YcgTNNv90/V188KHw8QiI/AAAAAAAAEV4/wqkSokXvo1Yfjn4JtMY6842snwahUJJdgCLcB/s320/FB_IMG_14598042183608035.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Kurang
lebih 12 tahun menjadi guru di Papua, tidak pernah saya mendengar atau melihat
pembicaraan seserius ini tentang KNPB di sekolah tempat saya mengajar
akhir-akhir ini. Sejumlah guru: guru asli Papua (ras Melanesia) maupun
guru pendatang (ras Melayu) secara terbuka membicarakan KNPB. Saya menguping
beberapa kali tetapi saya memilih diam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Tetapi,
sesering mungkin saya mendengar nama KNPB, keingintahuan saya tentang KNPB
terus meningkat. Keputusan bulat, saya harus membuat tulisan tentang KNPB.
Memang, dari berita di media, sering saya baca aktivitas KNPB tetapi saya tidak
pernah punya keinginan mengetahui lebih dalam. Karena, bagi saya, lebih
penting mendampingi anak-anak SMA ini agar dapat membuat pilihan yang baik
untuk hidup mereka kelak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Tulisan
tentang KNPB saya awali dengan riset kecil-kecilan dari koran, internet
dan sumber lainnya. Sebagai seorang guru yang berlatar belakang ilmu social
politik, saya paham bahwa menulis tentang KNPB tidak terlalu mudah, apalagi
saya seorang Melayu. Terlepas dari saya sebagai seorang Melayu yang ‘mungkin
akan dinilai tak berhak bicara soal politik Papua’, kebenaran tak pernah
tersembunyi, tak pernah terkalahkan, tak pernah mati. Dengan keyakinan itu, apa
pun resiko, saya memutuskan untuk membuat riset kecil dan menulis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Tulisan
tentang KNPB yang saya buat kurang lebih 25 halaman dan telah saya kirim ke
Jurnal di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Pada artikel ini,
saya sajikan lebih ringkas untuk pendidikan publik di tanah Papua. Saya
berkeyakinan bahwa masyarakat mesti diberikan informasi yang benar dan kredibel
agar dari informasi itu mereka dapat membangun diri dan bangsanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">KNPB, Organiasi Pergerakan
Sipil Nasional Papua</span></b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Komite Nasional
Papua Barat (KNPB) adalah organisasi pergerakan sipil nasional Rakyat Papua
(Provinsi Papua dan Papua Barat). KNPB didirikan pada 19 November 2008
oleh anak-anak muda terdidik dan berpikiran maju serta menguasai
teknologi dan informasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Berdasarkan
data yang saya kumpulkan, anak-anak muda Papua ini sadar bahwa rakyat Papua
pasca pembunuhan Theys Hiyo Eluay (Pemimpin Politik Pro Papua
Merdeka) membutuhkan organisasi yang lebih progresif sebagai sarana untuk
menyuarakan lebih lantang lagi tentang keinginan merdeka yang saya amati sudah
berurat-akar dan mendarah daging di setiap orang Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Berdasarkan
sejumlah dokumen, KNPB bukanlah organiasi baru di Papua. Pada tahun 1961,
para tokoh nasionalis Papua telah mendirikan organisasi ini dengan nama
Komite Nasional Papua (KNP). Tujuannya jelas, memperjuangkan kemerdekaan Papua
menjadi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat, West Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Itu
artinya, KNPB yang saat ini hanya menambah kata “Barat”. Agenda perjuangannya
sama, memediasi rakyat Papua untuk mendapatkan hak kedaulatan mereka melalui
referendum, yang oleh anak-anak muda Papua ini anggap sebagai solusi tengah,
damai dan demokratis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Membaca
tujuan pendirian organisasi KNPB, saya teringat pelajaran sejarah Indonesia di
SMA, sub bagian ‘organisasi pergerakan Indonesia’. Dijelaskan di sana,
Indonesia selama berjuang untuk memerdekakan diri dari Belanda pernah
mendirikan sekitar 14 organisasi pergerakan. Salah satunya adalah Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Ir. Soekarno, Dr. Cipto
Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo
di Bandung pada 4 Juli 1927.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">PNI
didirikan dalam situasi sosio-politik yang kompleks. Mereka merasa bahwa
dalam kondisi politik tersebut perlu sebuah organisasi progresif untuk
membangkitkan semangat untuk menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah
kolonial Belanda. Tujuannya jelas, untuk mencapai Indonesia merdeka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Organisasi
lainnya dalam sejarah pergerakan Indoneia adalah Gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo). Gerindo didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh Sartono,
Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar dan tujuannya sama, memperjuangkan
sIndonesia Merdeka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Seperti
PNI dan Perindo memandang Belanda adalah kolonial, KNPB memandang Indonesia
saat ini adalah kolonial di tanah Papua. KNPB adalah anak-anak muda Papua yang
memiliki keyakinan bahwa penindasan dan eksploitasi atau kolonialisme dan
kapitalisme global akan dihentikan oleh kekuatan gerakan rakyat dan
solidaritas dari seluruh rakyat di seluruh dunia yang ingin dan cinta keadilan,
kebebasan, demokrasi kemanusiaan, dan perdamaian. Pandangan seperti itu jugalah
yang ada di benak Ir. Soekarno pada masa revolusi Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Tentu,
pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, organisasi PNI dan Perindo serta
organisasi lainnya adalah ancaman bagi kekuasaan Belanda. Kira-kira,
beginilah (saya gambarkan) Indonesia melihat KNPB saat ini di
Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">KNPB sebagai organisasi pergerakan, mendukung dan berkampanye
jalan hukum dan politik untuk Kebebasan Papua Barat yang diupayakan Parlemen
Internasional untuk Papua Barat/</span><i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">International
Parlementer for West Papua (IPWP). U</span></i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">paya gugatan atas
pendudukan Indonesia di Papua Barat untuk proses hukum internasional oleh
Pengacara-Pengacara Internasional untuk Papua Barat/</span><i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">International Lawyers for West Papua (ILWP) </span></i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">juga
didukung KNPB.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Terakhir, KNPB bersama sejumlah organisasi perjuangan lainnya di
Papua, sudah menyatakan bersatu di bawah payung perjuangan rakyat Papua yang
kini dikenal,</span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"> <i>United
Liberalition Movement for West Papua</i> </span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">(ULMWP). Kemudian, selama
hampir 2 tahun ini, ULMWP membuat gegelisahan Jakarta semakin meningkat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">KNPB Itu Rakyat Papua,
Simpati Membludak</span></b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Berdasarkan
riset saya di sejumlah dokumen, sejak awal pendirian, KNPB telah mengatakan
bahwa perjuangannya adalah perjuangan damai dan bermartabat oleh rakyat yang
cinta damai dan memiliki martabat. Itu membuat, simpati terus
berdatangan, tak hanya pemuda tetapi juga kelompok tua, mahasiswa,
pelajar, laki-laki dan perempuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Orang
Papua melihat KNPB bukanlah “orang lain” dan “bukanlah organiasi baru”.
Karenanya, mengapa demonstrasi yang dimediasi KNPB selalu saja dihadiri ribuan
orang Papua. Saya temui foto-foto demonstrasi KNPB di website yang
melibatkan belasan ribu orang: anak kecil, pelajar, mahasiswa, pemuda, tua,
muda, laki-laki bahkan PNS serta pejabat ikut mendukung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">KNPB juga
telah lama lebarkan sayapnya di seluruh pelosok Papua. Saya dapatkan
informasi dari sumber terpercaya, KNPB telah membuat cabang di
lebih dari 30 kabupaten di tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Menarik
dari riset kecil saya adalah perjuangan KNPB tak hanya turun jalan,
demonstrasi. Mereka mengadakan seminar, pelatihan dan membuat sarana kampanye
berupa news letter cetak dan online berupa website, blogspot, dan media
social seperti grup facebook, youtube, dan lainnya. Semua ini dengan
mudah dapat ditemukan di internet. Mereka sangat maju di media online.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Tampaknya
anak-anak muda Papua ini telah menyadari bahwa internet adalah sarana
perjuangan yang tepat di zaman ini. Mereka juga bisa jadi menyadari dan tidak
terlalu banyak berharap pada media-media nasional untuk pemberitaan aktivitas
perjuangan mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Berdasarkan
riset kecil saya, tidak banyak media nasional di Indonesia yang secara
lengkap dan obyektif meliput KNPB. Lebih banyak berita tentang KNPB yang saya
temukan di media nasional tak berimbang, bahkan menempatkan KNPB sebagai
organisasi illegal bahkan kriminal. Saya tidak terlalu kaget dengan kondisi ini
karena PNI dan organisasi gerakan lainnya di Java mendapatkan perlakukan
demikian di masa revolusi Indonesia. Dulu PNI dan para pendirinya serta
pengurusnya dicap separatis, illegal bahkan kriminal tetapi bagi kita
saat ini adalah pahlawan revolusi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Hal
menarik dari kondisi ini adalah justru media-media skala internasional lebih
sering meliput KNPB dan diberitakan secara global. Kondisi ini
membuat dukungan p ada apa yang diperjuangkan KNPB tidak hanya semakin
kencang dari rakyat Papua tetapi dukungan datang dari berbagai pihak di
Indonesia dan secara global di berbagai belahan dunia. Dukungan
membludak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Negara Gelisah: Pilih
Pendekatan Ekonomi</span></b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"> “S</span></b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">emakin
besar dan tinggi pohon itu bertumbuh, semakin besar pula terjangan angin.”
Semakin besar gerakan dan dukungan rakyat dan global, semakin besar pula badai
yang menimpa organisasi. Kondisi ini disadari justru pada saat KNPB dibentuk
sebagaimana diungkapnya Ketua Umum KNPB, Victor Yeimo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">“KNPB itu bukan organisasi kecil. KNPB juga bukan berbicara soal
makan siang. KNPB organisasi milik rakyat Papua Barat. KNPB bicara soal nasif
bangsa Papua Barat. Maka, sebuah perjuangan tidak mungkin luput dari tantangan
dan pengorbanan. Orang akan kasih label ini, label itu, isu ini, isu itu pada
KNPB. Itu semua dilakukan oleh musuh untuk melumpuhkan rakyat Papua. Rakyat Papua
terus merapatkan barisan perlawanan,”</span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"> </span><a href="http://bintangpaua.com/"><span style="color: #1a8f1a; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; text-decoration: none; text-underline: none;">bintangpaua.com</span></a><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">, melalui</span><a href="http://www.suarapapuamerdeka.com/"><span style="color: #1a8f1a; font-family: "Helvetica","sans-serif"; font-size: 10.5pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; text-decoration: none; text-underline: none;">suarapapuamerdeka.com</span></a><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">, Edisi,
Rabu, 5 Oktober 2011.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Apa yang
disadari KNPB benar-benar terjadi. Kegelisahan negara atas kekuatan KNPB
ditunjukkan dengan berbagai cara. Negara berupaya mendegradasi dan
menjustifikasi gerakan KNPB sebagai gerakan kekerasan, gerakan pengacau,
gerakan teroris dan label-label lainnya. Label-label seperti ini ikut
dikampanyekan oleh sebagian besar media-media di Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Para
aktivis KNPB menjadi target penangkapan, target kriminalisasi, hingga
pebunuhan. Hingga saat ini, ribuan aktivis KNPB pernah ditangkap, dipenjarakan,
dijadikan Daftar Pencarian Orang (DPO), dan ditembak dengan berbagai tuduhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Data yang
saya peroleh, hingga saat ini, lebih dari 30 anggota KNPB tewas baik dibunuh
diam-diam, ditembak langsung, dipukul hingga kritis dan meninggal di rumah.
Ratusan lainnya menderita luka tembak dan penganiayaan. Musa Mako Tabuni misalnya,
ditembak di hadapan rakyat yang selama ini ia bela, Kamis, (14/6/2012) silam.
Sementera, Ketua Komisariat Militan Komite Nasional Barat (KNPB) Pusat,
Hubertus Mabel (30) juga ditembak di kampungnya dan masih banyak lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Kini,
saat isu Papua mulai mendunia sejalan dengan kekuatan KNPB, tampaknya
kegelisahan negara semakin besar. Berbagai spanduk anti KNPB dan ULMWP
bertebaran di mana-mana di Jayapura dan sejumlah kota di Papua. Sejumlah media
online dan grup facebook muncul tiba-tiba untuk menyerang KNPB. Bahkan,
bermunculan banyak facebook dengan nama para aktivias Papua dan nama orang
Papua. Tujuannya, mengacaukan perjuangan para aktivis Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Sementara
itu, intensitas Presiden Indonesia, Joko Widodo ke Papua meningkat.
Sejak dilantik, lebih dari 4 kali Jokowi ke Papua. Sejumlah program
diluncurkan, jalan tol, rencana rel kreta api, pasar mama di Jayapura,
dan lainnya. Semuanya ini mesti diapresiasi karena selama 15 tahun saya di
Papua, hanya Jokowi bisa datang banyak kali ke Papua dan tampaknya punya
hati yang murni.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Hal baik
lain adalah Jokowi telah membentuk Kelompok Kerja Papua (Pokja Papua). Peran
mereka tak bedanya Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua (UP4B) yang
telah disakasikan kegagalannya oleh rakyat Papua. Banyak pihak mengungkapkan di
media bahwa mereka sangat pesimis dengan Pokja Papua karena hingga saat ini tak
ada kantor di Jayapura dan tidak jelas apa yang dikerjakan di Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Para
menteri juga sesering mungkin datang ke Papua, termasuk kepala Badan Intelijen
Negara, tapi persoalan sejarah, politik dan HAM tampaknya belum disentuh. Saya
tidak terlalu yakin, Jokowi tidak paham persoalan di Papua secara komprehensif?
Tetapi, bisa jadi ia tidak diberikan informasi yang obyektif tentang Papua,
bahwa persoalan Papua bukanlah hanya soal keadilan pembangunan, tetapi juga
soal sejarah, HAM dan politik serta demokrasi (kebebasan berpendapat). Bahwa,
penyelesaian Papua bukan hanya dengan yang oleh KNPB menyebutnya urusan ‘makan
minum’.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Memang, soal HAM misalnya, sejumlah media menulis, Menteri
Keamanan, Politik, Hukum dan HAM, Luhut B. Pandjaitan telah membentuk tim
penuntasan pelanggaran HAM Papua. Tetapi, kalangan aktivis Papua menilai, tim
ini dibentuk untuk menghalangi tim pencari fakta pelanggaran HAM Papua yang
telah dibentuk oleh </span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"> <i>Pasific Island
Forum </i></span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"> (PIF).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Nah,
apakah dengan cara-cara ini dan upaya-upaya ini akan sukses meredam
keinginan merdeka dari rakyat Papua?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Saya
melihat, sulit. KNPB sudah jauh melangkah. Perang media tampaknya sulit
dibendung. Kesadaran nasional yang besar telah lahir di Papua. Kepercayaan
rakyat Papua, ras Melanesia, pada negara sulit untuk kembali dihidupkan dengan
cara apa pun. Kesadaran nasional tidak hanya tumbuh di kalangan aktivis dan
terpelajar, di kalangan anak didik saya di SMA sekali pun sudah tumbuh subur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Saya
menemui anak-anak didik saya suka membawa noken bergambar Bintang Kejora,
mereka gambar di celana seragam, dalam buku-buku catatan penuh gambar Bintang
Kejora. Juga mereka tidak menulis dengan hanya nama “Papua” tetapi “West Papua”
atau “Papua Barat” di bawah bendera yang telah digambarnya. Anak-anak SLTP dan
SD juga jika ditanya apa bendera kamu, tentu mereka akan menjawab Bintang
Kejora, bukan Merah Putih. Saya sudah mencoba menanyakan anak-anak di sejumlah
sekolah yang berbeda.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Mengapa demikian? Dalam kondisi sebagaimana digambarkan di atas
tadi, kita sudah menyaksikan, KNPB dengan gagah berani turunkan ribuan masa
dalam tekanan aparat yang luar biasa pada 31 Mei 2016 untuk mendukung ULMWP
menjadi anggota penuh</span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"> <i>Melanesia Sperheed
Grup</i> </span><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">(MSG). Ini dilakukan setelah sebelumnya, hampir 2000 (dua ribu)
orang ditangkap dan digiring ke halaman Markas Brimob dan orasi Papua Medeka di
sana. Aparat polisi yang berada di setiap titik aksi pada pukul 04:00 WIT tak
mampu membendung gerakan rakyat ketika itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Kemudian, muncul skenario baru. Ada dugaan, pihak-pihak tertentu
memfasilitasi demonstrasi tandingan. Pada 2 Juni 2016, kelompok orang yang
didominasi ras Melayu yang menamakan diri</span><i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Barisan
Rakyat Pembela (BARA) NKRI </span></i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">melakukan demonstrasi di
kantor DPRP dan beberapa kota di Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Sejumlah pemuda mengakui, tidak bisa menolak kalau diberi uang 300
ribu dan dijemput dan diantar pulang dengan truk. Jika yang turun demonstrasi
2000 orang, maka berapa rupiah yang keluar untuk memaksakan orang yang tak tahu
apa-apa datang demonstrasi. Ada yang menarik, dalam aksi ini, terjadi p</span><i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">emukulan terhadap seorang wanita, Hendrika Kowenip di ruas jalan
Lapangan Trikora, Abepura oleh masa aksi BARA NKRI. Ini akan menjadi
ujian bagi polisi di Papua, apakah akan proses pelaku atau tidak?</span></i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Banyak pihak menuding ada
upaya sadar agar konflik horizontal terjadi di tanah Papua. Tetapi, rencana ini
tampaknya akan gagal karena sejauh ini belum ada kelompok di Papua yang
menanggapi aksi BARA NKRI secara terbuka dan dengan hati panas. Sejumlah
pimpinan juga saya ikuti telah menghimbau agar rakyat Papua harus dewasa dan
tahan diri. Itu artinya, rakyat Papua telah memiliki kesadaran politik
yang baik dan dewasa.</span></i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Soal demonstrasi BARA NKRI,
saya sebagai seorang Melayu di Papua, menjadi tidak masuk akal jika orang-orang
Melayu mengusir KNPB yang adalah rakyat Papua. Banyak hak orang Melanesia di
tempat ini telah kita rengut. Apakah pantas, saya merengut lagi hak kebebasan
berpendapat, hak berpolitik mereka, orang Papua? Apakah saya, orang Melayu di
Papua akan mati jika orang-orang Melanesia di Papua memperjuangkan hak politik
mereka? Bahkan jika pun mereka merdeka, apakah saya akan mati? Tentu
tidak! Saya tidak seserakah itu. Ini adalah refleksi pribadi saya untuk
menjemput bulan suci ini.</span></i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Saya
berkesimpulan bahwa, kita, orang Melayu harus punya pemahaman yang
lengkap bahwa kriminalisasi, penangkapan dan pembunuhan, serta scenario konflik
horizontal lazim dilakukan penjajah kepada organisasi pergerakan di mana
pun di dunia ini. Seperti yang terjadi pada KNPB, para tokoh pendiri PNI
seperti Ir. Soekarno, Maskun, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata pernah
mengalaminya. Mereka ditangkap oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 24 Desember
1929. Mereka kemudian diajukan ke depan pengadilan Landraad di Bandung dan
dipenjara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Bukankah
model seperti inilah yang dipraktekkan aparat Indonesia atas aktivis KNPB
selama ini. Apakah orang-orang Melayu di Papua harus terjebak pada nasionalisme
yang sempit di zaman yang terbuka dan modern ini?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b><i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Rakyat Papua Sedang Buat
Sejarah Mereka </span></i></b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Berdasarkan
risek kecil, saya berkesimpulan bahwa ternyata KNPB itu rakyat Papua. Rakyat
Papua yang tak menyerah pada kematian sekalipun. Dari ungkapan mereka,
saya tangkap, sudah terlalu banyak orang-orang tercinta terengut nyawanya
di moncong senjata saat berjuang untuk menggapai hak politiknya. Karena itulah,
para aktivis KNPB menganggap bahwa jika nyawa harus terengut berarti itu bukan
jalan sejarah baru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Di
berbagai kesempatan, KNPB mengatakan, tidak ada satu organisasi ataupun lembaga
negara yang bisa membubarkan KNPB. KNPB adalah rakyat Papua maka harus
dipertahankan dengan air mata dan darah. KNPB hanya akan bubar kalau
rakyat Papua ras Melanesia dari Sorong-Samarai bangkit dan minta KNPB bubar.
KNPB hanya punya kontrak politik dengan rakyat Papua, bakanlah kelompok Melayu
seperti saya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Rakyat
Papua memadang saya adalah tamu yang tak punya hak untuk membubarkan KNPB. Tamu
yang tidak layak memegang kendali hidup tuan rumah, tuan tanah, orang Melanesia
di Papua. Kadang saya mengakuinya bahwa, sebagian besar orang Melayu di Papua
maupun di Jawa menjadi korban politik kolonialisme, memiliki
nasionalisme yang sempit dan egoistis dalam melihat Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Saya
tersentuh dengan pernyataan Ketua KNPB, Victor Yeimo di status
facebook-nya pasca demonstrasi BARA NKRI di Jayapura. Ia menulis begini,
“Perjuangan kita bukanlah suatu perlombaan antar pendatang dan pribumi.
Perjuangan kita adalah perjuangan rakyat-bangsa tertindas melawan penindas,
yakni penguasa kolonial, kapitalis, beserta semua yang sedang menyukseskan
(memperkokoh) kepentingannya. Kita berjuang dengan bermartabat untuk
mengakhirinya dengan bermartabat.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Jangankan
Papua, di Jawa sekalipun perasaan tertindas oleh para kapitalis masih
dirasakan. Perjuangan KNPB sebenarnya adalah juga perjuangan kaum tertindas
Papua, kaum tertindas Indonesia dan kaum tertindas dunia. Perjuangan penegakan
martabat manusia adalah perjuangan bersama seluruh bangsa manusia di dunia,
termasuk saya orang Melayu di Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Setelah
dua minggu saya membuat riset kecil tentang KNPB, saya menyadari bahwa
perjuangan KNPB adalah perjuangan umat manusia di dunia. Tanpa perjungan
semacam ini, penindasan, keserakahan terus akan tumbuh subur. Indonesia
memiliki sejarah yang panjang melawan Belanda, sama halnya Papua ternyata
memiliki jalan sejarah yang berbeda untuk melawan kapitalisme dan kolonialisme
di atas tanah mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Pernyataan Ketua KNPB</span><b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"> “</span></b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Perjuangan
kita bukanlah suatu perlombaan antar pendatang dan pribumi. Perjuangan kita
adalah ….” di atas tadi adalah tamparan keras bagi saya. Mereka menampar saya,
menampar kita, mengajak kita untuk membuka mata dan melihat penindasan dan
sepakati bahwa penindasan atas nama apapun harus dihapuskan dari atas muka bumi
ini., termasuk penindasan atas nama “NKRI harga mati”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 11.25pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">Mereka,
KNPB, rakyat Papua, sedang terus rapatkan barisan perjuangan, mereka aksi,
mereka seminar, mereka menulis, dan terus bergerak maju ke depan. Mereka sedang
membuat sejarah bangsa mereka, West Papua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial; background-repeat: initial; background-size: initial; border: none; line-height: 17.25pt; margin-bottom: 0.0001pt; padding: 0cm; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<b><i><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;">*Guru Sosiologi dan Pendidikan
Kewarganegaan di Salah Satu Sekolah Swasta di Kota Jayapura.</span></i></b><span style="font-family: Helvetica, sans-serif; font-size: 10.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
</div>
willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-66248782996302640282012-07-11T01:15:00.000-07:002012-07-11T01:28:52.815-07:00UJIAN SKRIPSI HARI PERTAMA DAN KEDUA DI PRODI PKn-S1PADA HARI PERTAMA TANGGAL 6 JULI 2012 DAN HARI KEDUA TANGGAL, 11 JULI 2012 BERLANGSUNG UJIAN SKRIPSI DAN MAKALAH TERHADAP MAHASISWA SEMESTER AKHIR DARI PRODI PKn FKIP UNCEN.<br />
1. YOLANDA TEKENG DENGAN JUDUL : PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VII SMP N 2 JAYAPURA<br />
<br />
2. MARCO UROPMABIN, DENGAN JUDUL : PANDANGAN MASYARAKAT ADAT SUKU NGALUM OKTEL TERHADAP PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL DI KAMPUNG OKTELABE DISTRIK PEPERA KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG.<br />
<br />
3. RISPA DUWIT, DENGAN JUDUL : DAMPAK MOTIVASI DAN DISIPLIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS DI SMA PGRI JAYAPURA TAHUN PELAJARAN 2011/2012.<br />
<br />
4. VIVIYANTI NURU, DENGAN JUDUL : PERANAN GURU PPKn DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MORAL PESERTA DIDIK PADA SMP MUHAMMADIYAH JAYAPURA.<br />
<br />
5. MARTINUS ALOPI DENGAN JUDUL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENERAPKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA SMP YPK KOTARAJA
===============================================================================
1. SRI ANDARI SUJAR DENGAN JUDUL "TINJAUAN TENTANG PENYEBAB KETERLAMBATAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH SMP N 11 JAYAPURA"<br />
<br />
2. ANDI TAPLO DENGAN JUDUL : TINJAUAN TENTANG PERKEMBANGAN GEREJA INJILI DI INDONESIA (GIDI) DI KIWIROK KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG (1961 - 2008)<br />
<br />
3. ERNALIS TIMISELA DENGAN JUDUL : PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA SMP YPK SANTO PAULUS ABEPURA KOTA JAYAPURA<br />
<br />
4. ARIO LOKOBAL DENGAN JUDUL : IMPLIKASI MINUMAN KERAS TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT MAIMA DAN UPAYA PENGANGGULANGANNYA (Studi Kasus Tentang Pengaruh Minuman Keras Terhadap Perilaku Remaja di Distrik Maima Kabupaten Jayawijaya"<br />
<br />
5. ELIZA TUHUSULA DENGAN JUDUL : UPAYA MASYARAKAT ADAT NUSANIWE DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA PELA GANDONG DI KOTA JAYAPURA.<br />
<br />
SETELAH ADANYA PENGUMUMAN KELULUSAN DENGAN SYARAT MEMPERBAIKI SEGALA SARAN DAN PERBAIKAN DARI BAPAK IBU DOSEN, SELANJUTNYA PESERTA UJIAN SKRIPSI DIBERIKAN WEJANGAN/NASEHAT DARI IBU DOKTOR BERNARDA METERAY PADA HARI PERTAMA<br />
<br />
WEJANGAN KEPADA PESERTA PADA HARI KEDUA TIDAK JAUH BEDA DENGAN WEJANGAN HARI PERTAMA.<br />
<br />
WEJANGAN IBU DOKTOR ONNIE MENTANG LUMINTANG, PADA HARI KEDUA, YANG INTINYA ADALAH:<br />
MENGENAI USAHA YANG LUAR BIASA DILAKUKAN DAPAT DILIHAT DARI UJIAN SKRIPSI HARI INI.<br />
HAL YANG LAIN YAITU MAHASISWA SUDAH MENDAPAT PENGALAMAN KETIKA BERADA DI KAMPUS DENGAN SEJUMLAH PENGALAMAN YANG MENYENANGKAN MAUPUN TIDAK MENYENANGKAN NAMUN SEMUANYA DAPAT DIJADIKAN PELAJARAN.<br />
KEMUDIAN DITEGASKAN LAGI, JANGAN BERHENTI BELAJAR, JANGAN PERNAH BERHENTI MENCARI BUKU.<br />
AKHIR KATA SAMPAIKANLAH UCAPAN SYUKUR DAN SUKACITA SERTA SALAM KAMI BUAT KELUARGA, DAN KERABAT YANG MENANTIKAN KELULUSAN ANDA SEKALIAN.
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-C8h0UNeZl9E/T_0ysNMoqUI/AAAAAAAAAK0/WV2jS0t6L1s/s1600/FOTO%2BUJIAN%2BSKRIPSI%2BTAHAP%2B1%2BDAN%2B2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="130" src="http://4.bp.blogspot.com/-C8h0UNeZl9E/T_0ysNMoqUI/AAAAAAAAAK0/WV2jS0t6L1s/s320/FOTO%2BUJIAN%2BSKRIPSI%2BTAHAP%2B1%2BDAN%2B2.jpg" width="320" /></a></div>
"SELAMAT DAN SUKSES SELALU"willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-75562790680360948052012-07-10T16:13:00.000-07:002012-07-10T16:13:21.895-07:00Pembukaan Matrikulasi Perkuliahan S2 PKn telah berlangsung 10 Juli 2012 di Lt 2 Gedung Pasca SarjanaPembukaan Matrikulasi Perkuliahan S2 PKn telah berlangsung pada tanggal, 10 Juli 2012
di Lt 2 Gedung Pasca Sarjana, Pimpinan FKIP-UNCEN hadir dan membuka Perkuliahan.
Sekretatis Pascasarjana PKn Dr. Bernarda Meteray yang menjadi pembawa acara memimpin acara pembukaan perkuliahan S2 PKn di Universitas Cenderawasih. Pada Kesempatan yang diberikan kepada Ketua Prodi Pasca Sarjana PKn Dr. Nomensen St Mambraku menyampaikan kondisi umum menyangkut, prasarana dan sarana, Dosen pengajar di S2, sikap dan minat mahasiswa Pascasarjana PKn.
Kemudian pada kesempatan berikutnya adalah sambutan Dekan FKIP-UNCEN Drs. Onesimus Warwer,M.Si yang diawali dengan perkenalan dirinya, perkenalan staf pengajar, dan perkenalan mahasiswa Pascasarjana PKn. Setelah itu, memberikan sambutan yang intinya antara lain:
pertama, Mahasiswa pascasarjana perlu mengembangkan dirinya secara otonom dengan memanfaatkan fasilitas dan media internet dengan mengikuti trik-trik atau tips belajar dan pembelajaran yang diberikan oleh dosen yang memainkan fungsinya sebagai salah satu sumber ilmu dan sebagai fasilitator.
Kedua, memberikan apresiasi bagi dosen dan ketua prodi PKn S1 dan S2 atas kinerja, semangat, kerja keras, serta kebersamaan yang handal dalam membuka program s2 yang akhirnya dibuka dengan resmi pada hari ini.
ketiga, setelah menyampaikan semua hal disertai contoh kongkrit dari kearifan lokal suku Biak dan Papua umumnya yang dengan penuh harapan untuk keberhasilan serta keberlangsungan yang harus dijaga sebagai pioner pembangun nasionalisme bangsa dan negara. kemudian perkuliahan perdana ini pun dibuka dengan resmi.
10 orang mahasiswa pasca sarjana dan seluruh dosen tetap prodi PKn dan ketua Prodi Pendidikan Sejarah Drs. Handono K, Ketua Jurusan P.IPS Yan Dirk Wabiser,S.Pd.M.Hum yang diundanga hadir memberikan aplaus dengan penuh semangat.
Setelah ketua Prodi PKn S1 Willius Kogoya,S.Pd.,M.Sc menutup kegiatan dengan berdoa syukur, bapak Dekan diberikan hadiah sebuah buku yang ditulis oleh Staf Dosen PKn Ibu Dr. Bernarda Meteray yang berjudul: "NASIONALISME GANDA DI PAPUA". oleh Ketua Pasca Sarjana PKn Dr. Nomensen St Mambraku dan Sekretaris Dr. Bernarda Meteray.
Dengan berlangsungnya acara pembukaan perkuliahan Pascasarajana PKn tersebut, maka perkuliahan dan kegiatan akademik sudah mulai berjalan. (Liputan staf)
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-X4g2B_DM9Ns/T_y272RrJFI/AAAAAAAAAKk/geRif6tl08U/s1600/Pembukaan%2BS2%2BPKn.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="154" width="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-X4g2B_DM9Ns/T_y272RrJFI/AAAAAAAAAKk/geRif6tl08U/s200/Pembukaan%2BS2%2BPKn.jpg" /></a></div>willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-14723319842676876482011-08-17T17:54:00.000-07:002011-08-17T18:02:42.936-07:00PEMBANGUNAN DAN MASALAH DI SEPUTAR WILAYAH PERBATASAN ANTARNEGARA DI PROVINSI PAPUA Oleh: Dr. Nomensen ST Mambraku
<br />1. Gambaran Umum
<br /> 1.1 Kawasan Perbatasan Darat dan Laut
<br />Secara geografis Provinsi Papua terletak antara 20 25 , - 90 LS dan 130 0- 141 BT, dengan luas wilayah 317.062 km atau 17, 04 % dari seluruh Indonesia dan merupakan provinsi dengan wilayah terluas di seluruh Indonesia. Provinsi Papua, sejak tahun 2009 terbagi ke dalam 28 wilayah administrasi pemerintah kabupaten dan 1 (satu) kota. Provinsi Papua memiliki batas-batas teritorial sbb:
<br />− sebelah utara berbatasan dengan Samudra Pasifik
<br />− sebelah selatan berbatasan dengan Autralia dan Papua New
<br />− sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Papua Barat
<br />− sebelah timur Negara Papua New Guinea
<br />
<br />Perbatasan Daratan dengan PNG sepanjang kl 770 km pada:
<br />− 4100' 00" BT DARI MM 1 S/D MM 10
<br />− 141001' 10" BT DARI MM 11 S/D 14
<br />Pada wilayah perbatasan daratan telah dibangun sebuah Pilar Batas negara berbentuk Tugu Perbatasan yang disebut Meridian Monument (MM), hingga saat ini telah dibangun 52 pilar batas pada route tradisional penduduk. Dengan rincian 24 tugu menjadi tanggungjawab Pemerintah RI dan 28 lainnya menjadi tanggungjawab Pemerintah PNG. Ada 14 Pilar Batas Utama dibangun tahun 1966/1967, sedangkan 38 Pilar Batas Sekunder dibangun tahun 1982-1990. Batas RI-PNG disepakati berdasarkan Perjanjian antar Belanda dan Inggris di Den Haag Belanda pada tanggal 16 Mei 1895, yaitu: Convention Between Great Britain and Netherland Defining Boundaries in New Guinea pada koordinat 141 0BT
<br />Berbatasan Lautan dengan Negara PNG dan Australia
<br /> di sebelah selatan pada 3 (tiga) titik, yaitu:
<br /> A. 1410 0" BT 90 08" LS
<br /> B. 1400 52" 00' BT 90 23' 00" LS
<br /> C. 140 49' 30" BT, 090 24' 30" LS
<br />di sebelah utara pada 2 (dua) titik yaitu:
<br /> A. 1410 01' 30" BT, 020 08' 30" LS
<br /> B. 1410 00' 00" BT, 020 35' 37" LS
<br />
<br />Batasan Laut dengan Negara Republik Palau :
<br />− sebelah utara dengan Kabupaten Supiori di Pulau Mapia dengan dua titik pulau terluar yaitu Pulau Fanildo dan Bras
<br />− sebelah timur dengan Kabupaten Sarmi di Kepulauan Kumamba dengan dua titik pulau terluar Pulau Liki dan Armo
<br />
<br />1.2 Visi (Nasional) Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara.
<br /> Menjadikan Kawasan Perbatasan Antar Negara Sebagai Kawasan yang Aman, Tertip, Menjadi Pintu Gerbang Negara dan Sebagai Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan, Sehingga Dapat Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Lokal dan Menjamin Terpeliharanya NKRI
<br />
<br />1.3 Visi dan Misi Badan Perbatasan Dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua.
<br />Visi:
<br />Terciptanya Masyarakat Perbatasan yang Aman, Sejahtera Dalam Kerangka NKR dan Terlaksananya Kerjasama di Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Secara Bilateral Maupun Multilateral Antar Kota, Daerah Di Provinsi Papua Dengan Kota-Kota Di Negara Tetangga.
<br />
<br /> Misi.
<br />1. Meningkatkan kesejahteraan penduduk di sepanjang daerah perbatasan dengan negara tetangga
<br />2. Meningkatkan hubungan baik bilatral maupun multiteral dengan negara lain yang saling menguntungkan.
<br />3. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan sumber daya aparatur dan pejabat yang bertugas di daerah perbatasan.
<br />4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pengelola perbatasan, pengendalian, monitoring, dan evaluasi untuk meningkatkan singkronisasi dan keterpaduan pembangunan daerah perbatasan.
<br />5. Meningkatkan, memelihar, menjaga dan mengamankan tanda batas antar negara di sepanjang daerah perbatasan dengan didukung hukum internasional.
<br />6. Meningkatkan sumber daya dan pembinaan masyarakat perbatasan di bidang wawasan kebangsaan dan ketentuan/peraturan yang berlaku di daerah perbatasan.
<br />
<br />2. Isu Utama Pembangunan Perbatasan
<br /> 1. Kesejahteraa Masyarakat
<br />Secara de facto kesejahteraan penduduk di wilayah perbatasan antarnegara masih rendah. Postulat demikian dapat dibuktikan dengan keadaan ekonomi penduduk di wilayah perbatasan.
<br />2. Pelayanan Publik
<br /> Kesejahteraan penduduk di daerah perbatasan masih rendah, juga terindikasi dengan belum optimalnya, bahkan masih rendahnya pelayanan publik seperti, rendahnya aksesbilitas pada: transportasi, komunikasi, informasi, pendidikan, listrik, air bersih dan pemerintahan
<br /> 3. Keamanan dan Pertahanan
<br /> Rendahnya aksesbilitas penduduk di wilayah perbatasan terhadap hukum maupun berbagai informasi tentang NKRI. Hal ini terbukti hingga saat ini masih ada warga negara PNG yang bertempat tinggal tetap di wilayah NKRI atas hak ulayat dan hubungan kekerabatan demikian juga sebaliknya. Hasil wawancara dengan seorang pejabat struktural di Badan Perbatasan Dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua (6-6-2011) meminta untuk menulis dalam bagian ini, tentang perilaku Tentara Nasional Indonesia di wilayah perbatasan yang masih bertindak represif dan militeristik serta seringkali melakukan pemerkosaan terhadap kaum wanita. Dengan nada tinggi pejabat tersebut (bukan Orang Papua) mengungkapkan, "bagaimana rasanya kalau istri atau anak perempuan atau saudara perempuan bapak diperkosa di depan mata bapak. Menurutnya perilaku kasar dan tidak beretika seperti inilah salah satu sumber konflik antara penduduk dengan beberapa anggota TNI dan berakibat luas dalam ranah keamanan dan pada posisi akhir penduduk diberi lebel separatis. Menurutnya bahwa ditengah penduduk yang berambut keriting itu kini dan kedepan akan ditemukan anak-anak berambut lurus tanpa ayah.
<br />
<br />Berdasarkan RTRW Kota Jayapura, sebagai salah satu wilayah yang memiliki perbatasan wilayah dengan negara tetangga, telah dikembangkan strategi pertahanan keamanan pada kawasan perbatasan sbb:
<br />1. Penyediaan pos-pos TNI untuk pengawasan dan pengamanan di sepanjang sabuk komando wilayah perbatasan.
<br />2. Pembangunan pos lintas batas lengkap dengan sarana pendukung di sekitar garis terdepan.
<br />3. Penyediaan akses lintas sabuk komando berupa pembangunan jalan raya sepanjang garis perbatasanyang berfungsi sebagai jalur patroli dan penyiapan reaksi tanggap terhadap masalah keamanan dan pertahanan.
<br />4. Pembangunan infrastruktur dan prasarana dan sarana lainnya yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan penduduk di kawasan perbatasan.
<br />
<br />3. Kendala untuk Pembangunan Daerah Perbatasan
<br /> Secara makro, masalah-masalah yang menjadi kendala untuk Pembangunan Daerah Perbatasan dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) soal-besar, sebagai berikut:
<br />1. Sebagian besar wilayah perbatasan tidak/belum memiliki infrastruktur yang baik, bahkan di beberapa daerah sangat isolir dari Kawasan Pembangunan Provinsi Daerah. Daerah-daerah itu terutama ditemukan di bagian perbatasan wilayah tengah. Sedangkan daerah-daerah di bagian utara dan selatan sudah dapat ditempuh lewat jalan raya. Khusus untuk Pulau-pulau Mapia sebagai wilayah terdepan yang berhadapan dengan Negara Palau sangat kurang informasi.
<br />2. Tidak/belum adanya perencanaan pembangunan yang pasti dan terarah, baik ditingkat kota, kabupaten, provinsi maupun nasional untuk meningkatkan aktivitas di wilayah-wilayah perbatasan yang menjadi sentral kegiatan.
<br />3. Masih rendahnya pelayanan publik, terutama transportasi, infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan pemerintahan. Salah satu kendala psikologis adalah belum terwujudnya insentif guru, dokter (tenaga kependidikan dan kesehatan) dan tenaga penyuluhan.
<br />4. Khusus daratan wilayah perbatasan PNG dan NKRI terdapat penyebaran hak-hak ulayat penduduk atas tanah terletak dalam wilayah kedua negara
<br />5. Masih tingginya pelanggar batas (ilegal) baik laut maupun darat, terutama wilayah perbatasan dengan negara tetangga PNG
<br />6. Tidak/belum adanya lembaga resmi yang berkedudukan di wilayah perbatasan antarnegara dan secara khusus merencanakan dan menangani pembangunan di daerah perbatasan.
<br />7. Pendekatan keamanan/pertahanan serta pendekatan kesejahteraan masih sulit diwujudkan karena belum ada model atau contoh yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.
<br />4. Beberapa Solusi yang layak dilakukan oleh Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, yaitu:
<br />1) Meningkatkan pengawasan dan tindakan penertiban terhadap maraknya kegiatan ilegal di perbatasan.
<br />2) Optimalisasi pendataan dan pemberian identitas WNRI kepada penduduk perbatasan
<br />3) Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi berbagai ketentuan lintas batas negara baik darat maupun laut.
<br />4) Meningkatkan prasarana dan sarana Pos Pelaporan Lintas Batas (PPLB) RI-PNG di Skouw (RI) dan Wutung (PNG)
<br />5) Mengusulkan perlakuan khusus terhadap Pejabat Perbatasan dalam melaksanakan tugas di kawasan perbatasan.
<br />6) Meningkatkan peranan Komite Perbatasan melalui Forum BLOM (Border Liasion Officer Meeting), BLM (Border Liasion Meeting) dan JBC (Joint Border Commeety) dalam penyelesaian permasalahan perbatasan antarnegara.
<br />7) Meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam mengaktifkan Pos-Pos Lintas Batas antarnegara.
<br />5. Kebijakan Dan Strategi Pembangunan Kawasan Perbatasan
<br />5.1. Peningkatan Pemerintah Daerah Dalam Mempercepat Peningkatan Kualitas Hidup dan Kesejahteraan Masyarakat
<br />5.1.1 Meningkatkan dan mempercepat pembangunan prasarana dan sarana berbagai sektor, dengan mengutamakan pendidika, kesehatan dan ekononi
<br /> 5.1.2 Meningkatkan SDM (baik kapasitas aparatur maupun masyarakat di lingkungan wilayah perbatasan
<br />5.1.3 Meningkatkan mobilitas pendanaan.
<br />
<br />5.2 Penegasan Penetapan Garis Perbatasan Antarnegara Secara Jelas Disertai Dukungan Hukum Internasional
<br />5.2.1 Membangun pilar-pilar perbatasan antarnegara
<br />5.2.3 Merealisir kepastian Hukum Internasional tentang batas antarnegara
<br />5.2.4 Mengembangkan kawasan perbatasan antarnegara sebagai securty belt kedaulatan negara
<br />
<br />5.3 Meningkatkan Kerjasama Di Kawasan Perbatasan Antarnegara
<br />5.3.1 Mewujudkan pengembangan kawasan perbatasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis SDA melalui sektor-sektor unggulan
<br />5.3.2 Meningkatkan perdagangan bilateral
<br />5.3.3 Meningkatkan penyediaan fasilitas pelayanan seperti: kepabeanan, keimigrasian, karantina, dsb.
<br />
<br />5.4 Peningkatan Wawasan Kebangsaan Bagi Penduduk Wilayah Perbatasan
<br />5.4.1 Meningkatkan kesadaran dan wawasan kebangsaan dalam rangka menjaga eksistensi NKRI
<br />5.4.2 Menata hak-hak warga negara di wilayah perbatasan, termasuk bagaimana memasuki wilayah adat dan bagaimana mengelolanya.
<br />5.4.3 Mengupayakan dan meningkatkan repatriasi disertai pembinaan kebangsaan
<br />
<br />5.5. Meningkatkan Hubungan Bilateral yang harmonis dengan negara tetangga.
<br />5.6. Peningkatan Pengawasan Lintas Batas Tradisional.
<br />
<br />6. Peran Lembaga Pendidikan Tinggi, khusus Universitas Cenderawasih
<br />6.1. Meningkatkan kerjasama dengan UPNG/UNITEK PNG
<br />6.2 Melakukan penelitian tentang berbagaimasalah, terutama isu pokok di daerah perbatasan. Hasil;hasil penelitian merupakan masukan dan kajian bagi pemerintah daerah dalam menentukan arah, strategi serta pendekatan penanganan masalah di wilayah perbatasan.
<br />6.3. Melakukan peningkatan dan kesadaran kebangsaan bagi penduduk di daerah perbatasan.
<br />6.3.1 Melalui program-program studi yang berkompetensi.
<br />6.3.2 Menerima dan mendidik purta-putri yang berasal dari wilayah-wilayah perbatasan untuk diangkat menjadi PNS, terutama guru untuk mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik.
<br />
<br />7. Rekomendasi
<br />7.1 Perlu adanya strategi penanganan terpadu dalam bentuk satu atap untuk melakukan pembangunan di berbagai sektor pembangunan di daerah-daerah perbatasan dengan tetap memperhatikan dan mengedepankan hak-hak penduduk lokal di kawasan perbatasan.
<br />7.2 Lebih mengedepankan pendekatan kemakmuran, pendekatan hukum, pendekatan sosiologis dan mengupayakan pengurangan pendekatan keamanan.
<br />7.3 Meningkatkan korelasi kerjasama antarnegara tentang berbagai masalah di kawasan perbatasan.
<br />
<br />willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-46073371056685578882011-06-25T01:51:00.001-07:002011-06-25T01:57:33.939-07:00MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DI TENGAH ARUS GLOBALISASI DAN GERAKAN DEMOKRATISASI: REPOSISI PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANMEMBANGUN KARAKTER BANGSA DI TENGAH ARUS GLOBALISASI DAN GERAKAN DEMOKRATISASI:<br />REPOSISI PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN<br /><br />Pidato Pengukuhan Dr. Dasim Budimansyah, M.Si. <br />Sebagai Guru Besar Dalam Bidang Sosiologi Kewarganegaraan<br />pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial<br />Universitas Pendidikan Indonesia<br />14 Mei 2009<br /><br />UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA<br />2009<br />=================================================================<br /><br />Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.<br />Yang saya hormati:<br />Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat,<br />Rektor dan Para Pembantu Rektor,<br />Ketua dan Anggota Dewan Audit,<br />Ketua dan Anggota Senat Akademik,<br />Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar,<br />Dekan/Direktur SPs/Direktur Kampus Daerah/Ketua Lembaga,<br />Pembantu Dekan/Asisten Direktur SPs/Sekretaris Kampus Daerah/Sekretaris Lembaga,<br />Direktur Direktorat/Kepala Biro/Sekretaris Universitas,<br />Ketua Jurusan/Ketua Program Studi/Sekretaris Jurusan,<br />Dosen Jurusan/Program Studi/seluruh karyawan,<br />Pimpinan Organisasi Kemahasiswaan dan seluruh mahasiswa,<br />Para Undangan/Hadirin/Hadirat yang berbahagia. <br /><br />Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kekhadirat Allah SWT, atas segala limpahan nikmat dan karunia, sehingga kita dapat berkumpul bersama di tempat terhormat ini. Sholawat dan Salam marilah kita sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan dan bimbingan untuk keselamatan dan kemaslahatan di dunia dan di akhirat.<br />Ucapan terima kasih yang mendalam saya sampaikan kepada Bapak Rektor dan Pimpinan Dewan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan kehormatan kepada saya untuk berdiri di mimbar ini di hadapan para hadirin yang terhormat, untuk menyampaikan Pidato Pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Sosiologi Kewarganegaraan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Sosiologi Kewarganegaraan merupakan suatu telaahan interdisipliner dengan core sosiologi untuk memahami berbagai fenomena kewarganegaraan dalam seting peradaban modern.<br />Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkanlah saya menguraikan permasalahan yang saat ini memerlukan pemikiran kita, yaitu berkenaan dengan kecenderungan globalisasi dan gerakan demokratisasi yang sungguh-sungguh berpengaruh terhadap kehidupan manusia di mana pun berada. Dalam konteks globalisasi seperti itu, tak pelak lagi perlu dikembangkannya program pendidikan yang mampu mengakomodasikan semua kecenderungan dari proses globalisasi itu. Program pendidikan tersebut perlu diwujudkan dalam bentuk “… a curriculum geared to the development of ‘world citizens” who are capable of dealing with the crises” (Parker, Ninomiya, dan Cogan:1990), yakni kurikulum yang diarahkan pada pengembangan warga dunia yang mampu mengelola krisis. Persoalan ini saya sampaikan dalam pokok pembicaraan dengan judul: MEMBANGUN KARAKTER BANGSA DI TENGAH ARUS GLOBALISASI DAN GERAKAN DEMOKRATISASI: REPOSISI PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.<br /><br />Pengantar<br />Hadirin yang saya hormati,<br />Secara historis dan sosio-kultural pembangunan bangsa dan pembangunan karakter (nation and character building) merupakan komitmen nasional yang telah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Kata-kata mutiara yang tertuang dalam berbagai dokumen sejarah politik dan ketatanegaraan, seperti dalam naskah Sumpah Pemuda, Proklamasi, Pembukaan UUD 1945, serta yang tercermin dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu-lagu perjuangan lainnya merupakan bukti yang tak terbantahkan bahwa pembangunan bangsa dan pembangunan karakter merupakan komitmen bangsa Indonesia yang harus diwujudkan sepanjang hayat.<br />Adalah Presiden Sukarno tokoh yang pertama kali melontarkan pentingnya masalah nation building ini dalam Pidato Kenegaraan tanggal 17 Agustus 1957. Presiden Sukarno melihat nation building sebagai fase kedua dalam revolusi Indonesia sesudah fase pertama yang dinamakan fase liberation, yaitu pembebasan Indonesia dari penjajah Belanda. Permasalahan ini dikedepankan sebagai tanggapan terhadap keadaan Indonesia pada saat itu yang ditandai oleh makin kuatnya kecenderungan mengutamakan kepentingan kelompok, golongan, suku, agama, daerah, dan partai di atas kepentingan negara dan bangsa, dan makin lunturnya idealisme (Sukarno,1965:301). Pentingnya character building disampaikan oleh Presiden Sukarno pada Pidato Kenegaraan tanggal 17 Agustus 1962. Ketika itu, character building dikaitkan dengan nation building dan perjuangan pembebasan Irian Barat dari penjajah Belanda (Sukarno, 1965:498).<br />Di era ‘reformasi’, wacana pembangunan bangsa dan pembangunan karakter meletakkan pengakuan atas hak-hak warganegara sebagai isu sentral dalam masyarakat pluralis yang demokratis. Dengan kata lain, perjuangan dan pemerolehan hak sipil, hak asasi manusia dan keadilan sosial dan politik diyakini akan lebih mudah dicapai. Upaya itu diwujudkan, misalnya, melalui Amandemen UUD 1945 dan keinginan untuk merestorasi Pancasila. Akan tetapi, setelah hampir sewindu, kelihatannya harapan ini tidak begitu tampak, terkecuali pada aspek kebebasan berkespresi dimana kesempatan yang tersedia memang jauh lebih luas (tidak terkekang) dibandingkan dengan kesempatan pada masa rezim otoriter (Kalidjernih,2008:128). Di lain pihak, di era ‘transisi demokrasi’ bangsa Indonesia justru dihadapkan pada pelbagai fenomena yang mempengaruhi kewarganegaraannya, seperti nasionalisme ekonomi, etika sosial, pengaruh globalisasi dan kemajuan teknologi, degradasi lingkungan, lokalisme demokratis, dan multikulturalisme. Semua masalah yang disebut belakangan ini merupakan tantangan berat dalam revitalisasi cita sipil, khususnya melalui Pendidikan Kewarganegaraan.<br />Tantangan besar ke depan lainnya bagi bangsa Indonesia adalah menumbuhkan budaya dan kehidupan demokrasi (cultural democracy) pada berbagai komponen masyarakat, mulai dari elit politik, para birokrat dalam sistem pemerintahan, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, kaum intelektual, hingga masyarakat luas. Pembentukan struktur pemerintahan negara yang demokratis tanpa diimbangi dengan tumbuhnya kehidupan demokrasi akan menjurus pada lahirnya kehidupan demokrasi yang semu (pseudo demokrasi) seperti yang pernah terjadi dalam sistem pemerintahan Indonesia pada periode-periode sebelumnya. Oleh karena itu, pembinaan pemahaman akan prinsip-prinsip serta cara hidup yang demokratis adalah salah satu tantangan mendasar bagi sistem pendidikan nasional dalam membentuk dan mengembangkan kehidupan negara dan masyarakat yang semakin demokratis.<br /><br />Hadirin para undangan yang berbahagia,<br />Sistem pendidikan nasional sebagaimana digariskan dalam Pasal 31 UUD 1945 beserta peraturan perundangan turunannya merupakan instrumen untuk mewujudkan komitmen nasional itu. Pada tataran kurikuler “pendidikan kewarganegaraan” baik substansi, proses pembelajaran, maupun efek sosio-kulturalnya sengaja dirancang dan diprogramkan untuk mewujudkan program-program pendidikan demokrasi yang bermuara pada pembentukan karakter bangsa Indonesia. Tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan karakter warga negara baik karakter privat, seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu; maupun karakter publik, misalnya kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi (Winataputra dan Budimansyah,2007:192).<br />Di Indonesia, sekolah telah diberikan tanggung jawab dalam upaya pembangunan karakter sejak awal kemerdekaan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Sejak masuk dalam kurikulum sekolah mulai tahun 1962 sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan mengalami berbagai perubahan baik nama, orientasi, substansi, maupun pendekatan pembelajarannya. Pada kurun waktu berlakunya Kurikulum 1962 dikenal adanya mata pelajaran Civics (Kewarganegaraan) yang tujuan dan isinya berorientasi pada substansi Manipol dan USDEK yang sepenuhnya menggunakan pendekatan indoktrinasi politik. Pada kurun berlakunya Kurikulum 1968 dikenal adanya mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara yang isinya mencakup Civics (pengetahuan kewargaan negara), ilmu bumi Indonesia, dan sejarah Indonesia (untuk sekolah dasar); dan mata pelajaran Kewargaan Negara (untuk SLP dan SLA). Tujuan dan muatannya berorientasi pada substansi UUD 1945 dan TAP MPRS serta perundangan lainnya, dengan pendekatan pembelajaran yang juga masih bersifat indoktrinatif (Soepardo, dkk, 1960).<br />Pada kurun waktu berlakunya Kurikulum 1975 dan 1984 pada semua jenis dan jenjang pendidikan dikenal adanya mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan pada Kurikulum 1994 dikenal adanya mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Namanya memang berbeda, namun muatan dan orientasi PMP dan PPKn adalah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dengan pendekatan pembelajaran yang masih tetap didominasi oleh pendekatan indoktrinatif dengan modus transmisi nilai (value inculcation).<br />Tampaknya semua itu terjadi karena sekolah diperlakukan sebagai socio-political institution, dan masih belum efektifnya pelaksanaan pembelajaran serta secara konseptual, karena belum adanya suatu paradigma pendidikan kewarganegaraan yang secara ajeg diterima dan dipakai secara nasional sebagai rujukan konseptual dan operasional. <br />Kini pada era reformasi pasca jatuhnya sistem politik Orde Baru yang diikuti dengan tumbuhnya komitmen baru kearah perwujudan cita-cita dan nilai demokra¬si konstitusional yang lebih dinamis, dikenal adanya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Ini mestinya merupakan kebangkitan PKn untuk memposisikan dirinya sebagai faktor penghela pembangunan karakter bangsa agar dapat menyiapkan warganegara muda yang memiliki karakter ke-Indonesiaan.<br /><br /><br />Masalah Lama, Tantangan Baru<br />Bapak Rektor dan para hadirin yang saya muliakan,<br />Mari kita sejenak melihat berbagai gejolak dalam masyarakat kita pada beberapa tahun terakhir ini yang sangat memprihatinkan kita semua. Pertama, munculnya karakter buruk yang ditandai kondisi kehidupan sosial budaya kita yang berubah sedemikian drastis dan fantastis. Bangsa yang sebelumnya dikenal penyabar, ramah, penuh sopan santun dan pandai berbasa-basi sekonyong-konyong menjadi pemarah, suka mencaci, pendendam, membakar manusia hidup-hidup di keramaian kota, mutilasi, perang antar kampung dan suku dengan tingkat kekejaman yang sangat biadab. Bahkan yang lebih tragis, anak-anak kita yang masih duduk di bangku sekolah pun sudah dapat saling bunuh di jalanan. <br />Kedua, dalam tiga dekade terakhir ini Indonesia tengah mengalami proses kehilangan, mulai dari kehilangan dalam aspek alam fisik, alam hayati, manusia, dan budaya. Dalam aspek alam fisik Indonesia telah kehilangan tanah subur kita. Luas tanah kritis di Indonesia pada tahun 2008 menurut perkiraan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Kehutanan Sosial, Departemen Kehutanan RI ditaksir 77,8 juta hektar. Tanah kritis ini diperkirakan akan terus bertambah satu juta hektar setiap tahunnya. Kita makin kehilangan hak guna tanah untuk perkebunan karena semakin banyaknya perusahaan asing yang bergerak di bidang perkebunan di Indonesia. Dalam aspek alam hayati, kita telah kehilangan hutan tropis. Indonesia sekarang dikenal sebagai negara dengan laju deforestasi tertinggi di dunia. Kita juga kehilangan kekayaan alam yang berasal dari laut yang diambil secara ilegal oleh penjarah dari dalam maupun luar negeri. Dalam aspek manusia, Indonesia kehilangan daya saing. Dalam World Competitivness Scoreboard tahun 2007, Indonesia menempati peringkat 54 dari 55 negara, turun dari peringkat 52 pada tahun 2006. Kita kehilangan niat untuk menaati hukum, bahkan menaati aturan yang paling sederhana yaitu aturan berlalu-lintas (Raka,2008:3). Dalam aspek budaya kita sudah kehilangan kecintaan terhadap kesenian tradisional sebagai warisan budaya adiluhung bangsa. Sebagian dari kita sudah kehilangan kejujuran dan rasa malu. Sudah sekian lamanya Indonesia mendapat predikat sebagai salah satu negara yang tingkat korupsinya sangat tinggi di dunia. Celakanya predikat ini tidak membuat kita merasa malu dan korupsi nyatanya terus berlangsung dengan modus operandi yang berubah-ubah. Kita kehilangan rasa ke-Indonesiaan kita. Tampaknya kita makin menonjolkan kepentingan daerah dan golongan daripada kepentingan bangsa dan negara. Kita kehilangan cita-cita bersama (in-group feeling) sebagai bangsa. Tiada lagi “Indonesian Dream” yang mengikat kita bersama, yang lebih menonjol adalah cita-cita golongan untuk mengalahkan golongan lain. <br />Indonesia sudah kehilangan banyak hal dan kehilangan ini bukan tidak mungkin masih dapat berlangsung. Jika demikian daftar kehilangan tentu akan semakin panjang. Pertanyaannya, mungkinkah ini tanda-tanda kita akan meluncur ke arah kehilangan segala-galanya sebagaimana tersirat dalam kata-kata bijak berikut ini:<br />You lose your wealth, you lose nothing<br />You lose your health, you lose something<br />You lose your character, you lose everything<br /><br />Hadirin undangan sekalian yang berbahagia,<br />Tentu saja kita tidak berharap seperti itu. Kita tidak menghendaki kehilangan karakter sebagai bangsa sehingga akan kehilangan segala-galanya. Oleh karena itu perlu mencermati dengan sungguh-sungguh apa sebenarnya yang menjadi sumber terjadinya berbagai gejolak tersebut. Situasi yang bergolak serupa ini dapat dijelaskan secara sosiologis karena ini memiliki kaitan dengan struktur sosial dan sistem budaya yang telah terbangun pada masa yang lalu. Mencoba membaca situasi reformasi ini terdapat beberapa gejala sosiologis fundamental yang menjadi sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini.<br />Pertama, suatu kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya struktur kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru ternyata bukan demokrasi yang kita peroleh melainkan oligarki dimana kekuasaan terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya). Beberapa fakta dapat dikemukakan sebagai berikut.<br /> Kekuasaan politik formal dikuasai oleh sekelompok orang partai yang melalui Pemilu berhak “menguras” suara rakyat untuk memperoleh kursi di Parlemen. Melalui Parlemen kelompok ini berhak mengatasnamakan suara rakyat untuk melaksanakan agenda politik mereka sendiri yang sering kali berbeda dengan kepentingan nyata masyarakat. <br /> Kekuasaan kharismatik yang berakar dari tradisi, maupun agama terdapat pada beberapa orang yang mampu menggerakan loyalitas dan emosi rakyat yang bila perlu menjadi tumbal untuk tujuan yang bagi mereka sendiri tidak jelas. <br /> Kekuasaan hukum formal dikuasai oleh para praktisi dan penegak hukum yang dengan kepiawaiannya dan/atau wewenangnya bisa mengatur siapa salah siapa benar.<br /> Sebagian besar uang di negeri ini berada di tangan sekelompok kecil orang yang justru sedang terpojok secara politis. Kelompok ini bisa membeli “kebenaran” melalui lembaga hukum, demo, pembentukan opini publik melalui media massa, bahkan kursi di Parlemen. Perhatikan misalnya kasus-kasus suap di DPR yang melibatkan sejumlah anggotanya, sebagian besar karena terjerat oleh permainan para “pembeli kebenaran” melalui upaya rekayasa kebijakan dan regulasi-regulasi tertentu untuk meloloskan hasrat hewaninya.<br /> Sekelompok kecil elit daerah memiliki wewenang formal maupun informal untuk mengatasnamakan aspirasi daerah demi kepentingan mereka sendiri. Kelompok inilah yang sering menyuarakan isu separatisme, federalisme, otonomi luas, bahkan isu putra daerah. <br /> Kelompok aktivis vokal (vocal minority) yang sering melakukan aksi-aksi demo dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat banyak dengan cara-cara yang sering kali justru memuakkan rakyat kebanyakan (main hakim sendiri, melakukan tindak kekerasan, sweeping, membenturkan massa dengan aparat keamanan dan sebagainya).<br />Tampaknya semua simbol-simbol yang dinilai ampuh untuk dapat memobilisasi rakyat digunakan oleh kelompok-kelompok kecil ini demi memaksakan kehendak mereka di era reformasi ini. Semua ini terjadi baik disadari maupun tidak oleh para elit yang memang sedang mengidap “myopia politik” yakni hanya berorientasi pada Pemilu bukan pada tujuan jangka panjang. Dengan demikian semua arah moral bangsa praktis dikuasai oleh kelompok kecil yang cenderung bersifat partisan dan primordial (Wirutomo,2001:6). Namun kita masih bisa berharap karena masih melihat adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat yang menampilkan karakter yang baik, misalnya bersifat altruistik, nasionalis, inklusif, universalistik, dan sebagainya. Aspirasi ini sesungguhnya banyak didukung oleh masyarakat luas (silent majority), tetapi gerakan-gerakan sosial yang memperjuangkan nilai-nilai ini masih lemah dan sporadik. Mereka belum bergabung dalam jaringan yang solid dan mampu melakukan gebrakan besar yang berskala nasional, sehingga cenderung tenggelam oleh gerakan yang punya dana.<br />Kedua, sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini adalah akibat munculnya kebencian sosial budaya terselubung (socio-cultural animosity). Gejala ini muncul dan semakin menjadi-jadi pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ketika rezim Orde Baru berhasil dilengserkan, pola konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi antara pendukung fanatik Orde Baru dengan pendukung Reformasi, tetapi justru meluas menjadi konflik antarsuku, antarumat beragama, kelas sosial, kampung, dan sebagainya. Sifatnya pun bukan vertikal antara kelas atas dengan kelas bawah tetapi justru lebih sering horizontal, antarsesama rakyat kecil, sehingga konflik yang terjadi bukan konflik yang korektif tetapi destruktif (bukan fungsional tetapi disfungsional), sehingga kita menjadi sebuah bangsa yang menghancurkan dirinya sendiri (self destroying nation).<br />Ciri lain dari konflik yang terjadi di Indonesia adalah bukan hanya yang bersifat terbuka (manifest conflict) tetapi yang lebih berbahaya lagi adalah konflik yang tersembunyi (latent conflict) antara berbagai golongan. Socio-cultural animosity adalah suatu kebencian sosial budaya yang bersumber dari perbedaan ciri budaya dan perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga terkandung unsur keinginan balas dendam. Konflik terselubung ini bersifat laten karena terdapat mekanisme sosialisasi kebencian yang berlangsung di hampir seluruh pranata sosialisasi di masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah, kampung, tempat ibadah, media massa, organisasi massa, organisasi politik, dan sebagainya).<br />Tidak dapat dipungkiri bahwa kebencian sosial budaya terselubung ini sangat berhubungan dengan pluralitas negara-bangsa Indonesia. Contoh nyata hancurnya Yugoslavia akibat semakin menipisnya in-group feeling di antara etnis yang ada, sementara katup penyelamat (safety valve institution) untuk mengurai kebencian sosial budaya terselubung tidak bekerja efektif. Namun hal ini bukan faktor penentu, karena banyak masyarakat plural yang lain bisa membangun platform budaya yang mampu menghasilkan kerukunan antaretnis pada derajat yang cukup mantap. Sebagai contoh masyarakat Malaysia dengan konsep pembangunan sosial budayanya telah berhasil menyiptakan civic culture sebagai kesepakatan budaya untuk membangun kerukunan antarkelompok rasial dan agama. Konflik politik sekeras apapun yang terjadi di Malaysia, tidak pernah mengusik kesepakatan ini (Wirutomo,2001:7). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Indonesia bahwa setiap perbedaan pandangan politik selalu ditarik lagi kepada faktor perbedaan budaya yang paling mendasar (terutama agama). Inilah yang membuat persoalan politik tidak pernah mudah diselesaikan. <br />Jika menengok pada proses integrasi bangsa Indonesia, persoalannya terletak pada kurangnya mengembangkan kesepakatan nilai secara alamiah dan partisipatif (integrasi normatif) dan lebih mengandalkan pendekatan kekuasaan (integrasi koersif). Atas dasar kenyataan demikian maka cita-cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara membangun dari hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan kehidupan masa lalu. Inti dari cita-cita tersebut adalah sebuah masyarakat sipil demokratis yang memiliki karakter ke-Indonesiaan yang adaptif di era global.<br />Era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat pesat, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah mengubah dunia seakan-akan menjadi kampung dunia (global village). Dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang demikian itu berdampak pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Di samping itu, dapat pula mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak seluruh masyarakat Indonesia. Fenomena globalisasi telah menantang kekuatan penerapan unsur-unsur karakter bangsa. Kenichi Ohmae dalam bukunya yang berjudul Borderless World: Power and Strategy in the Interlinked Economy (1999) dan The End of Nation State: The Rise of Regional Economies (1996) mengatakan bahwa dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas wilayah negara dalam arti geografis dan politik relatif masih tetap. Namun kehidupan dalam suatu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan global yang berupa informasi, inovasi, dan industri yang membentuk peradaban modern.<br /><br />Membangun Karakter Ke-Indonesiaan<br />Hadirin yang saya hormati,<br />Peradaban modern yang lahir dari ibu kandung globalisasi ternyata menimbulkan sejumlah persoalan dan kekecewaan. Eric Fromm (1997:24-30) menjelaskan perkembangan Eropa sebagai perkembangan peradaban modern. Tema sentral perkembangan peradaban modern ini menurut pendapatnya adalah timbulnya kebebasan (freedom), yang terjadi pada level individu maupun masyarakat. Pada level individu kebebasan itu diawali timbulnya self (diri) dalam proses individuation, ialah lepasnya tali-tali individu sejak terputusnya “tali ari-ari” sampai mulai timbulnya rasa keterpisahan antara bayi dan ibunya, dan pada umumnya pemisahan ‘aku’ dengan ‘engkau’. Ketidakterpisahan antara individu dan lingkungannya (atau adanya tali-tali tadi), memberikan kepada individu perasaan aman (security feeling), perasaan kebersatuan (belongingness) dan perasaan bahwa ia mengakar (rooted) pada sesuatu. Diperolehnya kebebasan oleh individu itu berarti hilangnya ketiga tali-tali itu yang berganti dengan kekhawatiran (anxiety), ketidakberdayaan (powerless), kemenyendirian (aloneless), keterombang-ambingan (uprootedness), keraguan (doubt) yang kesemuanya itu bermuara pada sikap permusuhan (hostility). Siklus individuasi itu terjadi pada setiap individu, pada setiap saat, dan di setiap tempat. <br />Perkembangan kepribadian pada level masyarakat juga menentukan proses individuation sepanjang sejarah, yang dalam masyarakat Barat merupakan hasil perjuangan, yang dapat disebut hasil perjuangan kebebasan. Seperti pada level individu, kebebasan ini juga berupa putusnya tali-tali terhadap segala macam kekuasaan: gereja, negara, dan eksploitasi ekonomi. Sebagaimana pada level individu, kebebasan atau putusnya tali-tali itu disertai pula dengan kegelisahan (anxiety), kehilangan kekuatan (powerless), kemenyendirian (aloneless), tidak mengakar (uprootedness), keragu-raguan (doubt), dan permusuhan (hostility).<br />Melalui proses kebebasan itu, Fromm melukiskan timbulnya sistem kapitalisme, yang terjadi pada abad ke-15 (abad pertengahan atau abad kegelapan) dan abad ke-16 (abad Reformasi Gereja atau timbulnya Protestanisme). Kapitalisme pada abad ke-15 mula-mula berkembang di Italia, yang antara lain disebabkan laut Merah menjadi jalur kegiatan perdagangan Eropa, dan dekatnya ke Dunia Timur (termasuk Arab/Islam), sehingga kebudayaan Timur dapat diboyong ke Eropa. Kapitalisme yang timbul adalah kapitalisme bangsawan. Perekonomian dilakukan di atas landasan etik yang kuat (persaudaraan) dan sedikit sekali persaingan. Akibatnya akumulasi kapital berjalan sangat lambat. Walaupun demikian dalam sistem perdagangan tersebut kapital telah berkedudukan sebagai majikan.<br />Sejak abad ke-16, yakni tatkala Reformasi Gereja, kelas menengah menjadi mencuat ke atas sebagai akibat lecutan Luther dan Calvin, mereka mendambakan harta kekayaan (sebagai simbol keberhasilan). Ajaran mereka yang terpenting adalah kemandirian dan mengandalkan usaha sendiri dengan berjerih payah. Inilah segi positif dari kapitalisme sebagaimana dilecut oleh Protestanisme, yang tema sentralnya adalah kebebasan. Namun segi negatifnya, sebagaimana diungkapkan di muka adalah terjadinya perasaan tidak aman (insecurity feeling), kegelisahan (anxiety), kehilangan kekuatan (powerless), dan sebagainya.<br />Dari analisis itu Fromm menyimpulkan bahwa disamping orang membutuhkan kebebasan (freedom), ia juga memerlukan ketergantungan (dependensi atau submissiveness). Akibat kebutuhan submissiveness itu tidak terpenuhi, maka kebebasan menjadi tidak bermakna lagi. Maka timbulah mekanisme untuk melarikan diri dari kebebasan atau escape from freedom berupa melukai diri sendiri (masochism), melukai orang lain (sadism), melenyapkan objek atau saingan (destructiveness), dan mengekor secara serempak (automaton) (Budimansyah,2004:27).<br />Demikianlah kapitalisme Barat dan masyarakat modern sebagaimana diterangkan Fromm. Mereka memiliki karsa (will) yang kuat (seperti kemandirian, percaya diri, jerih payah), akan tetapi tercipta pula masyarakat yang goyah. Kegagalan itu ditimbulkan oleh tiadanya ketenangan batin (insecurity feeling) akibat melupakan nilai-nilai agama.<br />Kekecewaan akan peradaban modern telah menghasilkan suatu impian untuk menyiptakan suatu masyarakat baru dengan moralitas baru (lihat misalnya Giddens dalam “The Third Way” 1998, Etzioni dalam “The Spirit of Community” 1993, Robert Bellah dalam “The Good Society” 1992). Namun demikian, sampai akhir abad ke-20, sekalipun telah lahir berbagai organisasi warganegara yang sukarela dan mandiri (seperti LSM, organisasi massa, dan organisasi politik), peradaban manusia di dunia masih diwarnai berbagai kekejaman terhadap manusia dan lingkungannya. Ternyata kunci dari kesejahteraan manusia bukan semata-mata terletak pada terciptanya hubungan yang seimbang antara negara dan masyarakat, tetapi yang lebih mendasar adalah moralitas baru (baca: karakter baru) perlu dihembuskan kedalam sistem modern tersebut.<br />Suatu tuntutan moralitas baru misalnya telah diteriakan oleh Revolusi Prancis: “liberte, egalite, fraternite” (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan), tetapi sampai saat ini tampaknya hanya “kebebasan” yang diperoleh, sedangkan “persamaan” masih jauh tertinggl. Ini terutama disebabkan karena moral “persaudaraan” hampir tidak mengalami kemajuan yang berarti dalam peradaban modern ini. Rupa-rupanya hal yang sama terjadi dalam reformasi kita. Semua golongan mabuk kebebasan, sementara semangat persaudaraan sebagai bangsa semakin terpuruk dan akibatnya persamaan dan keadilan sulit untuk diwujudkan. Mengingat akan hal itu penulis berpendapat bahwa inti dari karakter ke-Indonesiaan yang masih harus kita bangun dalam masyarakat kita adalah “persaudaraan” sebagai sikap moral baru.<br />Hadirin yang saya hormati<br />Tokoh lain Robert Bellah (1999), seorang sosiolog Amerika Serikat juga menekankan pentingnya kebangkitan moral baru yang mampu melandasi pranata sosial dan menghasilkan hubungan sosial yang lebih baik antara masyarakat dan negara maupun antarwarganegara sendiri. Ia mengatakan bahwa semua kejadian yang telah merendahkan martabat manusia adalah hasil dari pilihan-pilihan kita (social choices) yang kemudian kita bakukan dalam pranata sosial. Untuk merombaknya perlu dilakukan sesuatu pemilihan-pemilihan yang baru, ini membutuhkan suatu sistem nilai, karena semua pilihan memiliki landasan moral dan etika.<br />Menganalaisis pranata-pranata sosial berarti mempertanyakan: “bagaimana kita seharusnya hidup?” dan “bagaimana kita berpikir tentang bagaimana kita hidup?”. Pranata-pranata sosial yang telah mengatur bagaimana kita hidup ternyata berjalan kurang baik atau tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya kita inginkan (ideal values). Jadi ideal values hanya tersimpan dalam khasanah budaya kita, tapi tidak secara efektif mengatur perilaku kita di dalam pranata sosial yang ada (Wirutomo,2001:17).<br />Kekecewaan terhadap peradaban modern juga diungkapkan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat lainnya yang bernama Amitai Etzioni (1993) dengan memberi contoh masyarakat negaranya sendiri, Amerika Serikat. Masyarakat Amerika Serikat, menurut Etzioni, perlu mengembangkan nilai keakuannya (individualisme) yang telah berakar pada budaya mereka dengan nilai-nilai ke-kitaan yang bersifat komunitarian. Dengan kata lain harus adanya keseimbangan antara hak (yang berorientasi pada keakuan) dan kewajiban (yang berorientasi pada hak orang banyak). Pemikiran ini sangat relevan untuk mengoreksi fenomena yang terjadi pada masyarakat kita yang sejak masa penjajahan sampai masa Orde Baru selalu dilecehkan hak-haknya oleh pemerintah dan negara, dalam masa reformasi ini sekonyong-konyong mengidap gejala “strong sense of entitlement” yaitu cenderung menuntut hak (bila perlu secara paksa dan kekerasan) tetapi segan menerima kewajiban bagi kepentingan umum.<br />Etzioni menyadari terbentuknya masyarakat komunitarian hanya dapat terwujud melalui suatu gerakan sosial yang sistematis. Itulah sebabnya ia bersama kelompoknya mencanangkan kebulatan tekad gerakan “komunitarian” sebagai berikut:<br />1.Kita harus mampu menyiptakan suatu moralitas baru yang tidak mengganggu kehidupan pribadi orang (sikap anti puritanisme).<br />2.Kita harus mempertahankan suatu “hukum dan keteraturan” tanpa harus jatuh pada suatu “negara polisi” dengan merancang secara hati-hati kewenangan dan kekuasaan pemerintah.<br />3.Kita harus menyelamatkan kehidupan keluarga tanpa harus membatasi hak anggotanya secara diskriminatif (misalnya memaksakan peran domestik kepada perempuan).<br />4.Sekolah harus mampu memberikan pendidikan moral, tanpa mengindoktrinasi anak muda.<br />5.Kita harus memperkuat kehidupan komunitas tanpa menjadi orang fanatik dan saling bermusuhan terhadap komunitas lain.<br />6.Kita harus meningkatkan tanggung jawab sosial bukan sebagai suatu pembatasan hak-hak kita, tetapi justru sebagai perimbangan dari hak-hak yang kita peroleh. Semakin besar hak yang diterima, semakin besar pula kewajiban yang perlu ditanggung.<br />7.Perjuangan kepentingan pribadi harus diimbangi dengan komitmen pada komunitas, tanpa harus menjadi tumbal bagi kelompok. Oleh karena itu kerakusan individu yang tanpa batas harus diganti dengan “kepentingan pribadi” yang bermanfaat secara sosial dan memperoleh peluang yang disahkan oleh masyarakat.<br />8.Kewibawaan pemerintah harus dijaga tanpa menghilangkan kesempatan bagi semua warga menyampaikan pendapat dan kepentingannya.<br /><br />Semua itu adalah inti dari sikap moral komunitarian yang ditawarkan oleh Etzioni, yakni kesepakatan manusia modern untuk menyiptakan moral baru, kehidupan sosial, dan keteraturan publik berdasarkan pada penguatan kembali nilai “kebersamaan”, tanpa adanya puritanisme dan penindasan. Semangat mengembangkan moral baru bagi peradaban modern yang telah mengalami kegagalan ini juga tampak dari pemikiran Giddens dalam “The Third Way” dimana ia memperjuangkan demokrasi sosial yang berintikan solidaritas, kesamaan dan keamanan serta peran aktif negara (Wirutomo,2001:19).<br />Konsep karakter ke-Indonesiaan yang saya maksudkan dalam pidato ini pada dasarnya mengacu pada sikap moral komunitarian yang bercorak kepribadian Indonesia yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan norma yang berlandaskan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Membangun karakter ke-Indonesiaan dengan demikian merupakan suatu proses memberikan posisi warganegara yang lebih mandiri terhadap negara, membina etos demokrasi yang bukan sekedar menekankan hak individual dan supremasi hukum, tetapi terutama menekankan pada pembenahan moral hubungan antarwarganegara itu sendiri, penanaman nilai kerukunan yang menghasilkan kepedulian terhadap semua warganegara dan nasib seluruh bangsa.<br /><br />Mereposisi Peran Pendidikan Kewarganegaraan<br />Hadirin para undangan yang berbahagia,<br />Pada bagian akhir dari pidato saya ini mari kita memfokuskan perhatian pada keberadaan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam konteks pembinaan generasi muda menjadi seorang warganegara dewasa. Anak adalah warganegara hipotetik, yakni warganegara yang “belum jadi” karena masih harus dididik menjadi warganegara dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya (Budimansyah,2007:11). Oleh karena itu masyarakat sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan negaranya. Keinginan tersebut lebih tepat disebut sebagai perhatian yang terus tumbuh, terutama dalam masyarakat demokratis. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa tak satu pun negara, termasuk Indonesia, telah mencapai tingkat pemahaman dan penerimaan terhadap hak-hak dan tanggung jawab di antara keseluruhan warganegara untuk menyokong kehidupan demokrasi konstitusional. <br />Seluruh rakyat hendaknya menyadari bahwa PKn sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana yang selama ini dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami. Sebagaimana ditegaskan Alexis de Toqueville (Branson, 1998:2):<br />“...each new generation is a new people that must acquire the knowledge, learn the skills, and develop the dispositions or traits of private and public character that undergird a constitutional democracy. Those dispositions must be fostered and nurtured by word and study and by the power of example. Democracy is not a "machine that would go of itself," but must be consciously reproduced, one generation after another”. <br />Kutipan tersebut di atas menegaskan bahwa setiap generasi adalah masyarakat baru yang harus memperoleh pengetahuan, mempelajari keahlian, dan mengembangkan karakter atau watak publik maupun privat yang sejalan dengan demokrasi konstitusional. Sikap mental ini harus dipelihara dan dipupuk melalui perkataan dan pengajaran serta kekuatan keteladanan. Demokrasi bukanlah “mesin yang akan berfungsi dengan sendirinya”, tetapi harus selalu secara sadar direproduksi dari suatu generasi ke generasi berikutnya. <br />Oleh karena itu, PKn seharusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan dan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari warganegara terhadap nilai dan prinsip fundamental demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas, tak mungkin terwujud. Oleh karena itu, tugas bagi para pendidik, pembuat kebijakan, dan anggota civil society lainnya, adalah mengkampanyekan pentingnya PKn kepada seluruh lapisan masyarakat dan semua instansi dan jajaran pemerintahan.<br />Sampai saat ini PKn sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Konfigurasi atau kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut (Budimansyah,2008:180).<br />Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. Ketiga, PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content-embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.<br />Namun sejak diimplementasikan pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan (persekolahan maupun perguruan tinggi), PKn menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan. Kendala dan keterbatasan tersebut adalah: (1) masukan instrumental (instrumental input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru/dosen serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar, dan (2) masukan lingkungan (environmental input) terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis. Dengan demikian, pelaksanaan PKn tidak mengarah pada misi sebagaimana seharusnya. Beberapa indikasi empirik yang menunjukkan salah arah tersebut antara lain adalah sebagai berikut:<br />Pertama, proses pembelajaran dan penilaian dalam PKn lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya menekankan pada dimensi kognitifnya saja. Sedangkan pengembangan dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan pemerolehan dampak pengiring (nurturant effects) sebagai “hidden curriculum” belum mendapat perhatian sebagaimana mestinya.<br />Kedua, pengelolaan kelas belum mampu menyiptakan suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa/mahasiswa melalui perlibatannya secara proaktif dan interaktif baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler) sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa/mahasiswa. <br /> Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sebagai wahana sisio-pedagogis untuk mendapatkan “hands-on experience” juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan keterampilan dalam berkehidupan yang demokratis dan sadar hukum.<br />Indikasi-indikasi tersebut melukiskan begitu banyaknya kendala kurikuler dan sosial-kultural bagi PKn untuk menghasilkan suatu totalitas hasil belajar yang mencerminkan pencapaian secara komprehensif (menyeluruh) dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang koheren dan konfluen. Hasil belajar PKn yang belum mencapai keseluruhan dimensi secara optimal seperti digagaskan itu berarti menunjukkan bahwa tujuan kurikuler PKn belum dapat dicapai sepenuhnya.<br />Selain menghadapi kendala internal sebagaimana diuraikan di atas, PKn juga menghadapi kendala eksternal yaitu kritikan dan tuntutan dari berbagai lapisan masyarakat berkaitan dengan semangat demokratisasi yang semakin meningkat dengan segala eksesnya. PKn yang secara paradigmatik sarat dengan muatan afektif namun dilaksanakan secara kognitif telah disikapi secara keliru sebagai satu-satunya obat mujarab (panacea) untuk mengatasi persoalan kehidupan para siswa khususnya yang menyangkut perilaku dan moral. Namun demikian, kritikan dan tuntutan tersebut sudah seharusnya direspons dan diakomodasikan secara proporsional karena memang pendidikan secara umum dan PKn secara khusus bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi juga tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Tanggung jawab bersama untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas pada hakikatnya merupakan perwujudan dari amanat nasional.<br />Kendala eksternal lainnya yaitu pendidikan di Indonesia dihadapkan pada berbagai persoalan dan situasi global yang berkembang cepat setiap waktu baik yang bermuatan positif maupun yang bermuatan negatif atau bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Ketidakmampuan bangsa Indonesia dalam merancang program pendidikan yang mengakomodasikan kecenderungan dan persoalan global tersebut berarti akan menghilangkan kesempatan untuk mengejar ketertinggalan untuk secara bertahap dapat mensejajarkan dirinya dengan bangsa-bangsa yang sudah maju dalam bidang pendidikannya. <br />Penutup<br />Bapak Rektor dan para hadirin yang saya hormati,<br />Untuk menjawab semua persoalan tadi penulis mengajukan sebuah gagasan untuk mereposisi PKn kedalam tiga peran. Pertama, PKn sebagai program kurikuler di lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal (luar sekolah), yang berperan sebagai wahana pemuliaan dan pemberdayaan anak dan pemuda sesuai dengan potensinya agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa untuk mendidik anak menjadi warganegara yang cerdas dan baik harus dilakukan secara sadar dan terencana dalam suatu proses pembelajaran agar mereka secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses pembinaan warganegara yang melibatkan aspek psikopedagogis ini saya namakan pendekatan psycho-paedagogical development. <br />Kedua, PKn sebagai gerakan sosio-kultural kewarganegaraan yang berperan sebagai wahana aktualisasi diri warganegara baik secara perorangan maupun kelompok sesuai dengan hak, kewajiban, dan konteks sosial budayanya, melalui partisipasi aktif secara cerdas dan bertanggung jawab. Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa kewarganegaraan bertalian dengan masyarakat, karena disamping secara historis konsep tersebut tumbuh bersamaan dengan perkembangan identitas manusia sebagai makhluk sosial politik, juga disebabkan oleh adanya usaha mewujudkan orde sosial yang baik dan diharapkan (desirable) melalui penguatan nilai-nilai dalam masyarakat. Karena yang dibangun dalam gerakan sosio-kultural kewarganegaraan itu pranata sosial yang berunsurkan sistem nilai dan norma, maka masyarakat dan komunitas dalam hal ini perlu menyediakan ruang publik bagi warganegara untuk ber-PKn (doing PKn). Analisis sosiologis terhadap perkembangan masyarakat kita dewasa ini menunjukkan bahwa akar dari berbagai masalah sosial budaya ini dapat digolongkan kedalam empat masalah dasar yang perlu menjadi agenda dalam gerakan sosio-kultural kewarganegaraan, yakni masalah kerukunan, kepedulian, kemandirian, dan demokrasi. Proses pembinaan warganegara yang melibatkan pranata sosial yang berunsurkan sistem nilai dan norma ini saya namakan pendekatan socio-cultural Development.<br />Ketiga, PKn sebagai program pendidikan politik kebangsaan bagi para penyelenggara negara, anggota dan pimpinan organisasi sosial dan organisasi politik yang dikemas dalam berbagai bentuk pembinaan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skills), dan kebajikan kewarganegaraan (civic disposition) yang mengacu pada prinsip konseptual-pedagogis untuk mengembangkan daya nalar (state of mind), bukan wahana indoktrinasi politik, dan sebagai suatu proses pencerdasan. Pemikiran ini didasarkan pada asumsi bahwa peran negara dalam membina warganegara tidak dapat dihilangkan dengan menguatnya masyarakat civil (civil society). Negara sebagai suatu organisasi puncak memiliki kekuasaan untuk meningkatkan partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dari warganegara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik pada tingkat lokal maupun nasional. Partisipasi semacam itu memerlukan penguasaan sejumlah kompetensi kewarganegaraan yang penting diantaranya (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2) pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3) pengembangan karakater dan sikap mental tertentu; dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional. Proses pembinaan warganegara melalui pendidikan politik kebangsaan ini saya namakan pendekatan socio-political intervention.<br />Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk membangun karakter bangsa, PKn harus memainkan peran sebagai program kurikuler pada lembaga pendidikan formal maupun nonformal, sebagai gerakan sosio-kultural kewarganegaraan, dan sebagai pendidikan politik kebangsaan bagi para penyelenggara negara, pimpinan dan anggota organisasi sosial dan organisasi politik. Ketiga peran tersebut harus dilihat sebagai satu kesatuan. Program kurikuler merupakan pembuka cakrawala kewarganegaraan, gerakan sosio-kultural sebagai pendobrak sekat-sekat kewarganegaraan, dan pendidikan politik kebangsaan merupakan penegas partisipasi kewarganegaraan.<br /><br />Ucapan Terima Kasih<br />Hadirin yang saya hormati,<br />Sebelum mengakhiri pidato pengukuhan ini perkenankanlah saya menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa terhadap karier akademik saya di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahauan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Pertama, saya menyampaikan terima kasih kepada guru-guru saya di Sekolah dasar Negeri Sanca, SMP Negeri Buahdua, dan SPG Negeri Sumedang yang telah berjasa ikut membentuk keberhasilan saya. Semoga amal baik Bapak/Ibu guru mendapat pahala dari Allah SWT. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada guru-guru saya di Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia yang telah mendidik saya mencapai derajat akademik tingkat sarjana (Drs), antara lain Prof. Achmad Sanusi, SH, MPA, Ph.D., Prof. HM Numan Somantri, M.Sc. (Ed), Prof. Drs. Achmad Kosasih Djahiri, Prof. Dr. Endang Sumantri, M.Ed, Prof. Dr. Abdul Aziz Wahab, MA, Drs. Sumarsono Mestoko, MA, Prof. Dr. Idrus Affandi, SH, Prof. Dr. Suwarma Al Mukhtar, SH, Prof. Dr. Ranidar Darwis, M.Pd, Prof. Dr. Mohamad Zen, M.Pd., Prof. Dr. Endang Danial, M.Pd, dan guru-guru yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.<br />Penghargaan yang tinggi ingin pula saya persembahkan kepada guru-guru saya yang telah mendidik dan mengajar saya ketika melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung, untuk mencapai Magister Sains (M.Si) Bidang Sosiologi -Antropologi dan Doktor (Dr) Ilmu Sosial, antara lain Prof. Judistira K. Garna, Ph.D, Prof. Kusnaka Adimihardja, MA, Ph.D., Prof. Lili Rasjiidi, SH, LLM, Ph.D., Prof. Dr. Haryo S. Martodordjo, Prof. Djadja Syaefullah, MA, Ph.D., dan Dr. Ir. Harun Al Rasjid, MS. Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Herman Soewardi, Ir (Almarhum), Prof. Sudardja Adiwikarta, MA, Ph.D., dan Prof. Oekan S. Abdoellah, MA, Ph.D sebagai Promotor dan Ko-promotor pada waktu saya menempuh pendidikan Program Doktor.<br />Ucapan terima kasih saya sampaikan pula kepada Dekan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia dan Dekan pada periode sebelumnya, serta pimpinan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, Drs. Rahmat, M.Si dan Syaifullah, S.Pd., M.Si yang telah memberi dukungan penuh atas pengusulan saya sebagai guru besar. Kepada Ketua dan Anggota peer group yang memproses, menyetujui, dan mengusulkan jabatan guru besar saya, dengan tulus ikhlas saya mengucapkan terima kasih. <br />Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bapak Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, Ketua dan Anggota Senat Akademik Universitas Pendidikan Indonesia atas persetujuannya terhadap pengusulan saya sebagai guru besar. Dengan tulus ikhlas saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Menteri Pendidikan Nasional atas perkenan beliau menyetujui pengusulan saya sebagai guru besar dalam Bidang Sosiologi Kewarganegaraan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Saya tidak mungkin dapat membalas segala budi baik tersebut kecuali oleh tekad untuk mengabdikan seluruh pikiran dan karya saya untuk kepentingan agama, negara, dan bangsa.<br />Terima kasih saya ucapkan kepada rekan-rekan pengajar dan kolega di Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, khususnya Prof. Dr. Udin S. Winataputra, MA yang selama ini menjadi guru dan sekaligus kolega yang amat penuh dedikasi dalam menempa diri saya untuk membuka hutan belantaranya PKn. Para mahasiswa pada semua tingkatan (S1,S2,S3) secara terus-menerus memberikan inspirasi kepada saya dalam mengembangkan pemikiran-pemikiran baru. Pertemuan tatap muka di perkuliahan dan ketika mengoreksi tugas-tugas mereka, sungguh menjadi wahana pembelajaran yang sangat membahagiakan saya. Maka kepada mereka semua saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.<br />Kepada “Ema sareng Bapa” yang telah lama tiada: Almarhumah Ibu Walsih dan Almarhum Bapak Ao Rebon, saya merasa tidak mempunyai kata-kata untuk menyampaikan segala sesuatu yang terkandung dalam kalbu saya, kecuali sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas budi luhur dan jasa yang telah “Ema sareng Bapa” berikan kepada saya. Sembah sujud juga saya sampaikan kepada mertua saya: Almarhum Bapak Muhammad Mansur dan Almarhumah Ibu Handawiati yang telah memberikan kasih sayang layaknya kepada anak kandungnya sendiri. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada kakak saya : Almarhumah Maemunah Sumarsih yang telah merelakan hak pendidikannya hanya sampai sekolah dasar demi mendukung saya untuk mencapai derajat pendidikan tertinggi. Kepada semua kakak ipar saya dan segenap kerabat dan handai taulan yang tidak sempat disebutkan satu persatu saya juga menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga.<br />Akhirnya saya ucapkan terima kasih pada istri tercinta Sri Subandiah yang selama ini bersama-sama mengarungi kehidupan susah maupun senang selama 21 tahun ini. Tanpa dukungannya, kemajuan saya dalam meniti karier tidak mungkin akan tercapai. Kedua permata hati saya, Muhammad Taufik dan Lina Setiawati, adalah sumber inspirasi dan semangat yang selalu membangkitkan optimisme untuk bekerja keras, tekun dan tidak mudah putus asa, sehingga saya dapat meraih jabatan guru besar ini. Mudah-mudahan mereka semua dapat ikut merasakan kebahagiaan dan dapat menjadi penerus sejarah dan cita-cita kami berdua, serta menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berguna bagi agama, negara, dan bangsa.<br />Pada akhirnya kepada para hadirin yang saya hormati, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesabarannya mendengarkan pidato saya, dan saya mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan di hati hadirin semuanya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.<br />Wabilahitaufiq wal hidayah<br />Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Bellah, R. et.al. (1999). The Good Society, New York: Vintage Books.<br /><br />Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education, A Fortcoming Education Policy Task Force Position Paper From the Communitarian Network.<br /> Budimansyah, D. (2004). Membangkitkan Karsa Umat, Bandung: Penerbit Genesindo Pustaka Utama.<br /><br />Budimansyah, D. (2007). “Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic Education di Negara-negara Berkembang”, Jurnal Acta Civicus, Vol.1 No.1, hlm.11-26.<br /><br />Budimansyah, D. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen)”, Jurnal Acta Civicus, Vol.1 No.2, hlm.179-198.<br /><br />Etzioni, A. (1993). The Spirit of Community: The Reinvention of American Society, New York: Simon and Schuster.<br /><br />Fromm, E. (1997). Lari Dari Kebebasan, penerjemah Khamdani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br /><br />Giddens, A. (1998). The Third Way: The Renewal of Social Democracy, London: Polity Press.<br /><br />Kalidjernih, F.K. (2008). “Cita Sipil Indonesia Pasca-Kolonial: Masalah Lama, Tantangan Baru”, Jurnal Acta Civicus, Vol.1 No.2, hlm.127-146.<br /><br />Ohmae, K. (1996). The End of Nation State: The Rise of Regional Economies, London: Harper Collins.<br /><br />Ohmae, K. (1999). Borderless World: Power and Strategy In The Interlinked Economy, London: Harper Collins.<br /><br />Parker,W.C., Nomiya, A., and Cogan, J. (1999). Educating World Citizen: Toward Multinational Curriculum Development, Washington: University Washington Press.<br /><br />Raka, I.I.D.G. (2008). Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa: Menengok Kembali Peran Perguruan Tinggi, Bandung: Majelis Guru Besar ITB.<br /><br />Soepardo, dkk. (1960). Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia (Civics), Jakarta: Departemen PP Dan K.<br /><br />Sukarno (1965). Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid Kedua, Jakarta: Panitya Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi.<br /><br />Winataputra, U.S. dan Budimansyah, D. (2007). Civic Education: Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas, Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI.<br /><br />Wirutomo, P. (2001). Membangun Masyarakat Adab, Naskah Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap Dalam Bidang Sosiologi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.<br /><br /><br />DAFTAR RIWAYAT HIDUP<br /> <br />I. Data Pribadi<br /><br />Nama lengkap :Prof. Dasim Budimansyah, Drs. (UPI), M.Si. (Unpad), <br />Dr. (Unpad).<br />Tempat/Tgl lahir:Indramayu, 16 Maret 1962<br />NIP :131760827<br />Alamat Rumah :Jl. Sariwangi Indah I No.4 Bandung 40559<br />Telepon/HP :022-2019800/08179208764<br />e-mail :budimansyah@upi.edu<br /><br />Pekerjaan :<br />1.Dosen Jurusan PKn FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia<br />2.Ketua Program Studi PKn Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia<br />Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya/IV-c<br />Jabatan : Guru Besar dalam Bidang Sosiologi Kewarganegaraan, tmt 1 Desember 2008<br />Alamat Kantor : Jl. Dr. Setiabudi 229 Bandung 40154<br />Nama Istri : Dra. Hj. Sri Sunadiah<br />Nama Anak : 1. Muhammad Taufik<br />2. Lina Setiawati<br />Agama : Islam<br />Nama Ayah : AO Rebon (Alm) <br />Nama Ibu : Walsih binti Rahmad (Alm)<br /><br /><br />II. Pendidikan<br /> SD Negeri Sanca, kecamatan Haurgeulis, kabupaten Indramayu (1974).<br /> SMP Negeri Buahdua, kabupaten Sumedang (1978).<br /> SPG Negeri Sumedang (1982).<br /> S1 : Jurusan PKn dan Hukum FPIPS IKIP Bandung (1987).<br /> S2 : Sosiologi dan Antropologi, Program Pascasarjana Unpad (1994).<br /> S3 : Ilmu Sosial, Program Pascasarjana Unpad (2001).<br /><br />III. Riwayat Pekerjaan<br /> Dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI (1988-sekarang)<br /> Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana UPI (2006-sekarang).<br /> Anggota Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah Depdiknas (2002-2006).<br /> Anggota National Texbook Evaluation Committee (NTEC) Depdiknas (2003-2005).<br /> Anggota Ad.Hoc. Standar Kependidikan Badan Standard Nasional Pendidikan (BSNP) (2007).<br /> Anggota Panitia Penilaian Buku Nonteks Pelajaran (PPBNP) Pusat Perbukuan Depdiknas (2008-sekarang).<br /><br />IV. Karya Ilmiah<br />Buku-buku yang diterbitkan: <br />1) Sosiologi dan Antropologi, Jilid 1 untuk Siswa SMA Kelas 2, penerbit Epsilon Grup Bandung, 1987, menulis bersama Dr. Sunatra RS, SH, MS.<br />2) Sosiologi dan Antropologi, Jilid 2 untuk Siswa SMA Kelas 3, penerbit Epsilon Grup Bandung, 1987, menulis bersama Dr. Sunatra RS, SH, MS<br />3) Pembangunan Pendidikan dan Kebudayaan Menjelang Era Lepas Landas, Balitbangdikbud Jakarta, 1992, anggota tim penulis.<br />4) Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar, Jilid 1 untuk Siswa SD Kelas 4, penerbit Media Iptek, Jakarta, 1994, menulis bersama Drs. Ecep Idris.<br />5) Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar, Jilid 2 untuk Siswa SD Kelas 5, penerbit Media Iptek, Jakarta, 1994, menulis bersama Drs. Ecep Idris.<br />6) Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar, Jilid 3 untuk Siswa SD Kelas , penerbit Media Iptek, Jakarta, 1994, menulis bersama Drs. Ecep Idris.<br />7) Ilmu Pengetahuan Sosial, Jilid 3, untuk guru kelas 6 Sekolah Dasar, Pusat Perbukuan Jakarta, 1995, menulis bersama Prof. Drs. A. Kosasih Djahiri. <br />8) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jilid 1 untuk Siswa SLTP Kelas 1, penerbit Epsilon Grup Bandung, 2000 (cet. Ketujuh).<br />9) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jilid 2 untuk Siswa SLTP Kelas 2, penerbit Epsilon Grup Bandung, 2000 (cet. Keenam).<br />10) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jilid 3 untuk Siswa SLTP Kelas 3, penerbit Epsilon Grup Bandung, 2000 (cet. Kelima).<br />11) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jilid 1 untuk Siswa SMU/SMK Kelas 1, penerbit Epsilon Grup Bandung, 2000 (cet. Kelima).<br />12) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jilid 2 untuk Siswa SMU/SMK Kelas 2, penerbit Epsilon Grup Bandung, 2000 (cet. Keempat).<br />13) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jilid 3 untuk Siswa SMU/SMK Kelas 3, penerbit Epsilon Grup Bandung, 2000 (cet. Ketiga).<br />14) Sosiologi, Jilid 1 untuk Siswa SMU Kelas 2, penerbit Epsilon Grup Bandung, 1995.<br />15) Asas-asas Kriminologi, penerbit Karsa Utama Bandung, 2001.<br />16) Pengantar Ilmu Sosial, penerbit Karsa Utama Bandung.<br />17) Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, penerbit Genesindo, Bandung, 2002.<br />18) Model Pembelajaran Berbasis Portofolio: Untuk Sosiologi, penerbit Genesindo Bandung, 2003.<br />19) Membangkitkan Karsa Umat, penerbit Genesindo Bandung, 2004.<br />20) Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat Indonesia Baru, penerbit Genesindo Bandung, 2004, menulis bersama Dr. Ace Suryadi, M.Sc.<br />21) Dinamika Masyarakat Indonesia, penerbit Genesindo Bandung,2004, menulis bersama Prof. Dr. Awan Mutakin dan Drs. Gurniwan KP, M.Si.<br />22) Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewaarganegaraan, Penerbit Lab PKN UPI, 2006, editor bersama Syaifullah, M.Si.<br />23) Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi, suplemen untuk siswa SMP, diterbitkan atas kerja sama antara MKRI, Depdiknas, Dephukham, dan UPI.<br />24) Civic Education: Landasan, Konteks, Bahan Ajar dan Kultur Kelas, penerbit Prodi PKn SPS UPI, 2007, menulis bersama Prof. Dr. Udin S. Winataputra, MA.<br />25) UUD 1945: Bahan Pengayaan Pendidikan Kewarganegaraan SMP, Jilid 1, Penerbit CV Regina Bogor, 2007.<br />26) UUD 1945: Bahan Pengayaan Pendidikan Kewarganegaraan SMP, Jilid 2, Penerbit CV Regina Bogor, 2007.<br />27) UUD 1945: Bahan Pengayaan Pendidikan Kewarganegaraan SMP, Jilid 3, Penerbit CV Regina Bogor, 2007.<br />28) UUD 1945: Bahan Pengayaan Pendidikan Kewarganegaraan SMP, Jilid 4, Penerbit CV Regina Bogor, 2007.<br />29) Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Penerbit Pedagogiana Press Bandung, kontributor dalam buku bunga rampai.<br />30) Model Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Berkonstitusi, penerbit Genesindo, 2008.<br />31) Model Pembelajaran Pembudayaan Nilai-nilai Pancasila, penerbit Genesindo, 2008.<br />32) Model Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Berdemokrasi, penerbit Genesindo, 2008.<br />33) Model Pembelajaran Pendidikan Kesadaran HAM, penerbit Genesindo, 2008.<br />34) Model Pembelajaran Pendidikan Kesadaran Hukum, penerbit Genesindo, 2008.<br />35) PKn dan Masyarakat Multikultural, penerbit Prodi PKn SPS UPI, 2008, menulis bersama Dr. Karim Suryadi.<br />36) Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Penerbit Genesindo, 2008, menulis bersama Suparlan, M,Ed dan Dr. Danny Meirawan.<br />37) Sejarah Sebuah Penilaian, Penerbit Jurusan Sejarah FPIPS UPI, 2008, kontributor dalam buku bunga rampai.<br />38) Inovasi Pembelajaran: Project Citizen, Penerbit Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI, 2009.<br /><br />Artikel yang dimuat dalam jurnal, antara lain :<br />1) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Portrofolio, dalam Jurnal Civics, Vol.3 No.1, 2006.<br />2) Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civic Education di Negara Berkembang, dalam Acta Civicus: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol 1 No. 1, 2007.<br />3) Revitalisasi Pembelajaran PKn Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen), dalam Acta Civicus : Jurnal Pendidikan Kewaarganegaraan, Vol 1 No. 2, 2008.<br />4) Warganegara Multidimensional dalam Perspektif PKN, dalam Jurnal PKN Progresif, Vol.2 No.2, 2007.<br />5) Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan dan Sejarahnya di Indonesia, dalam Historia: Journal of Historical Studies, Vo.IX, No.2, 2008.<br />6) Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Penguatan Partisipasi Masyarakat, dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan, Voil.II No.1, 2008.<br /><br />Laporan Penelitian di antaranya :<br />1) Studi Perkembangan Moral Kognitif Siswa TK-SD, LP IKIP Bandung, 1990, sebagai anggota tim peneliiti.<br />2) Studi Biaya Pendidikan, Pusat Informatika, Balitbangdikbud, Jakarta, 1991, sebagai anggota tim peneliti.<br />3) Pengaruh Ikatan Efektif Pada Lembaga Keluarga dan Sekolah Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang Remaja, penelitian atas biaya DIKTI, 1992, sebagai ketua tim peneliti.<br />4) Faktor Sosial Budaya Dalam Proses Adopsi Inovasi Teknologi: Suatu Kajian Tentang Tradisi dan Perubahan Pada Masyarakat Kampung Naga, tesis Magister Sains di Universitas Padjadjaran, 1994.<br />5) Needs-Assessment for New Indonesian Civic Education, Center for Indonesian Civic Education (CICED) bekerjasama dengan Center for Civic Education (CCE), Calabasas, USA, 1999, sebagai anggota tim peneliti.<br />6) Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (Portfolio Based Learning) dan Pembinaan Sikap Hidup Demokratis: Studi Penjajagan di Sekolah Menengah Umum Percontohan di Jawa Barat, 2000, ketua tim peneliti.<br />7) Industri Rakyat dan Pemberdayaan Diri Pada Masyarakat Pedesaan, disertasi doktor di Universitas Padjadjaran, 2001.<br />8) Mobilitas Sosial Antargenerasi: Perbandingan Mobilitas Pria dan Wanita Etnis Sunda di Jawa Barat (pendekatan kuantitatif), penelitian Kajian Wanita, LP UPI, 2001, sebagai anggota tim peneliti.<br />9) Mobilitas Sosial Antargenerasi: Perbandingan Mobilitas Sosial Pria dan Wanita di Kota Bandung (pendekatan kualitatif), penelitian kajian Wanita, 2002, sebagai anggota tim peneliti.<br />10) Peningkatan Penguasaan Materi PKn Melalui Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio, Hibah Pembelajaran Proyek Due-Like, 2002.<br />11) Gerakan Sosial dan Pembentukan Masyarakat Adab: Penelitian Pendahuluan Untuk Mengembangkan Sosiologi Kewarganegaraan, Hibah Penelitian Proyek Due-Like, 2003.<br />12) Studi Efektivitas Komite Sekolah, Ditjen Madikdasmen, Depdiknas, 2005.<br />13) Tantangan Globalisasi Terhadap Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air di Sekolah, 2008.<br />14) Peningkatan Profesionalisme Guru PKn Dalam Pembelajaran Melalui Model Project Citizen (Hibah Kompetensi), 2009.<br /><br />V. Pengalaman/Kegiatan Ilmiah lainnnya<br />1) Conference On Civic Education For Civil Society, di Bandung 1999 Workshop On The Development of Concept and Content of Civic Education For Indonesia School, di Bandung 1999<br />2) Conference On Education For Tolerance and Human Rights, di Yogyakarya 1999<br />3) Seminar Pembudayaan Nilai Pancasila, di Jakarta, 2006.<br />4) Seminar Pendidikan Serumpun Indonesia-Singapura-Malaysia, di Batam, 2007<br />5) Seminar Fighting Terorism: The Singapore Perspektif, di NTU Singapura, 2008.<br />6) Seminar Perkembangan Civic/Citizenship Education di Indonesia dan Malaysia, di UPSI Malaysia, 2008.willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-57076266921238727752011-05-26T04:24:00.000-07:002011-05-26T04:42:03.740-07:00UCAPAN SELAMAT ATAS PRAPROMOSI UJIAN DESERTASIATAS NAMA STAF ADMINISTRASI JURUSAN IPS YANG DIPERBANTUKAN DI PROGRAM STUDI BERSAMA SELURUH DOSEN DAN KETUA PROGRAM STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN, MENYAMBUT KEBERHASILAN KANDIDAT DOKTOR A.N BERNARDA METERAY YANG TELAH LULUS KEGIATAN PRAPROMOSI PADA TANGGAL 26 MEI 2011 JAM 09.00 - SELESAI (WIB) DI KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, JAKARTA. DAN SELANJUTNYA SEMOGA PROMOSI PADA TANGGAL 13 JULI 2011 DAPAT BERLANGSUNG DENGAN SUKSES.<br /><br />SELAMAT DAN SUKSES, KEBERHASILAN IBU BERNARDA METERAY ADALAH KEBANGGAAN PROGRAM STUDI PPKN, JURUSAN IPS, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN, SERTA KEBANGGAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH.willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-7797530904912201012010-11-24T02:01:00.000-08:002010-11-24T02:05:21.389-08:00KEDUDUKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN oleh Yan Dirk WabiserI. PENDAHULUAN<br />Era globalisasi yang melanda dunia saat ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap warga negara Indonesia. Warga negara sebagai pihak yang merasakan dan mempraktekkan dampak kondusif maupun destruktif globalisasi. Dampak kondusif dan destruktif dapat mempengaruhi perilaku kehidupan masyarakat. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan. Apakah hak dan kewajiban warga negara akan tetap eksis di era globalisasi?. Pertanyaan berikut : apakah nilai-nilai luhur yang menjadi pegangan dalam pembentukan karakter/watak kita (bangsa) tidak akan dihancurkan oleh gelombang globalisasi? <br />Globalisasi berkembang begitu cepat tanpa mengenal batas wilayah suatu negara negara. Dengan globalisasi semua yang jauh seolah-olah menjadi dekat, seakan-akan tidak ada lagi jarak antara tempat yang satu dan tempat yang lainnya. Globalisasi menjadikan dunia seolah tanpa batas (Ibarat sebuah kampung kecil). Perkembangan yang begitu cepat ini dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia (aspek ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan). Berbagai Informasi baik dari dalam maupun luar negeri semakin mudah diperoleh. <br />Globalisasi juga dapat menyebabkan terjadinya perpindahan dan perubahan nilai dan norma dari satu bangsa ke bangsa lain. Contohnya cara berpikir dan bertindak serta cara berperilaku setiap manusia. Hal ini terjadi karena adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Bayangkah saja bagaimana bentuk unjuk rasa dan demonstrasi yang semakin berani di Indonesia yang mengabaikan kepentingan umum dengan cara membuat kerusuhan dan anarkhis. Bayangkan saja, semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia.<br />Globalisasi membawa dampak positif maupun negatif bagi manusia (warga negara) dari suatu negara. Warga negara sebagai tulang punggung dari negara berperan penting dalam kelangsungan hidup negaranya di era globalisasi ini. Untuk menghadapi globalisasi itu, warga negara perlu memiliki filter (saringan). Filter itu berupa pandangan hidup, nilai dan norma. Era globalisasi masa kini mengharuskan warga negara untuk bersikap arif dan mampu merumuskan serta mengaktualisasikan kembali nilai-nilai kebangsaan yang tangguh dalam berinteraksi terhadap tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jati diri bangsa, serta menyegarkan dan memperluas makna pemahaman kebangsaan kita dengan mengurangi berbagai dampak negatif yang akan timbul. <br />Tanpa saringan yang ampuh, warga negara akan terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang dibawa oleh globalisasi. Agar warga negara tidak terjerumus dalam hal-hal yang merugikan dirinya sendiri maupun negara secara keseluruhan, maka mutlak perlu adanya pendidikan kewarganegaraan dalam pembangunan Civic Competence (kompetensi kewarganegaraan)<br /><br />II. KOMPETENSI STANDAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN <br />Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic Education) tidak bisa diisolasi dari kecenderungan globalisasi yang mempengaruhi kehidupan manusia di mana pun ia hidup. Dalam menghadapi kecenderungan globalisasi tersebut, Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia ditempatkan sebagai salah satu bidang kajian yang mengembangkan misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui “value-based education”. Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia megembang misi sebagai pendidikan demokrasi. Oleh karena itu hendaknya Pendidikan Kewarganegaraan mengkaji konsep besar yang dibawa globalisasi, yakni demokrasi, hak-hak asasi manusia, dan menempatkan hukum di atas segalanya yang didasarkan pada fondasi sepuluh pilar demokrasi (The Ten Pillars of Indonesian Constitusional Democracy) yang menjadi dasar pengembangan pendidikan kewarganegaraan yang baru ( Makalah Seminar Internasional Pendidikan Kewarganegaraan, 12 Desember 2009). Sepuluh pilar demokrasi yang dimaksud adalah : <br /><br />1.Ketuhanan Yang Maha Esa<br />2.Hak Asasi Manusia<br />3.Kedaulatan Rakyat<br />4.Kecerdasan Rakyat<br />5.Pemisahan Kekuasaan Negara<br />6.Otonomi Daerah<br />7.Supremasi Hukum ( rule of law )<br />8.Peradilan Yang Bebas<br />9.Kesejahteraan Rakyat<br />10.Keadilan Sosial<br /><br />Fokus utama pengembangan pendidikan kewarganegaraan bermuara pada pembangunan civic competence (kompetensi kewarganegaraan). Aspek - aspek civic competence tersebut meliputi pengetahuan kewarganegaraan ( civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills) dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic disposition). Pengetahuan kewarganegaraan menyangkut akademik keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral (terkait dengan materi inti tentang hak dan tanggung jawab warga negara (kewajiban), hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses-proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasarkan hukum, dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.<br />Keterampilan kewarganegaraan meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajibannya dibidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui. <br />Watak/karakter kewarganegaraan merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Watak atau karakter dipandang sebagai “muara” dari pengembangan pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karakteristik mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif (sikap).<br />Dengan demikian, seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, terutama dibidang politik, hukum, dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki keterampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap atau kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial, dan lain-lain.<br />Dengan demikian terdapat beberapa keharusan dan tuntutan terhadap Pendidikan Kewarganegaraan di era global, baik dalam kajian disiplin ilmu, kurikulum, dan pembelajaran.<br /><br />III. SIMPULAN <br /><br />Globalisasi tidak bisa (mungkin) dihindari atau pun ditolak dan dilawan karena sudah merupakan suatu fenomena sosial yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia sejagat raya. Belajarlah untuk memetik dampak konstruktif globalisasi (nilai dasar globalisasi) serta berusaha untuk menghindari dampak desrtuktifnya. Agar tetap eksisi terhadap tantangan jaman ini, warga negara harus bersikap arif dan mampu merumuskan serta mengaktualisasikan kembali nilai-nilai kebangsaan yang tangguh dalam berinteraksi terhadap tatanan dunia luar dengan tetap berpijak pada jati diri bangsa, serta menyegarkan dan memperluas makna pemahaman kebangsaan dengan mengurangi berbagai dampak negatif yang timbulkan oleh globalisasi. <br /><br />---------------------------------------<br /><br />DAFTAR RUJUKAN<br /><br />BSNP, 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP/MTs.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.<br /><br />Chauvel Richard, dkk. 2005. Indonesia-Australia Tantangan dan Kesempatan dalam Hubungan Politik Bilateral. Jakarta : Granit<br /><br />Dede Rosyada, dkk. 2003. Buku Panduan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Prenada Media<br /><br />Kanal, Tri Darmiyati. 2008. “Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme”. Opini. tt.<br /><br />Lumintang, O.M, Yan D.Wabiser, Willius Kogoya, 2010. Modul Materi Pendidikan Kewarganegaraan Guru Kelas SD. Jayapura : Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Rayon 31 Universitas Cenderawasih.<br /><br />Riant, Nugroho D. dan Tri Harinuta S. 2005. Tantangan Indonesia : Solusi Pembangunan Politik Negara Berkembang. Jakarta : Alex Media Komputindo<br /><br />Samsudin Berlian (ed). 2006. Masa Depan Sempurna Tantangan dan Janji Globalisasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia<br /><br />UPI, 2009, “Membangun Kompetensi Kewarganegaraan Di Era Globalisasi Melalui Pendidikan Kewarganegaraan : Problem dan Prospek ”, Makalah. Bandungwillykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-9891873510942731582010-11-24T01:51:00.000-08:002010-11-24T01:52:15.926-08:00PEMANFAATAN MEDIA GRAFIS DALAM PEMBELAJARAN PKn SDPEMANFAATAN MEDIA GRAFIS DALAM PEMBELAJARAN PKn SD<br /><br />Yan Dirk Wabiser, S.Pd.,M.Hum.<br /><br />ABSTRAK<br /><br />Media pembelajaran sebagai salah satu komponen dalam kompetensi guru. Karena itu, guru harus merencanakan, merancang dan menggunakan media sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Pemanfaatan media merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran memperlancar interaksi antara guru dengan anak didik, menghindari verbalisme pada diri anak didik serta kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.<br /><br /><br />Kata Kunci : Manfaat, Media Grafis, Pembelajaran PKn SD<br /><br /><br />PENDAHULUAN<br /> Salah satu cara untuk mengaktifkan peserta didik dalam suatu pembelajaran adalah memberi peluang untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran (pembelajaran aktif). Peserta didik menjadi mudah berpartisipasi atau terlibat jika mereka mengenal dengan baik obyek materi pembelajaran. Salah satu cara untuk mempermudah mengenali obyek materi pelajaran adalah memanfaatkan benda-benda sebagai sumber belajar termasuk media yang yang sesuai dengan pengalaman hidup peserta didik. <br />Oleh karena itu, setiap guru diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka di dalam memilih, mengelompokkan, dan memanfaatkan berbagai obyek yang terdapat di lingkungan sekolah, atau di luar sekolah sebagai sumber belajar peserta didik sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Lebih lanjut, guru diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam media yang digunakan dalam pembelajaran.<br />Media merupakan bagian yang tak terpisah dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi: media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, seluk-beluk proses belajar, hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, pemilihan dan penggunaan media pendidikan, berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan, media pendidikan dalam setiap mata pelajaran, dan usaha inovasi dalam media pendidikan. (Hamalik, 1994 : 6).<br />Dalam mengajar seorang guru memerlukan berbagai alat bantu, berupa media sumber belajar. Hal ini diperlukan karena alat bantu akan mendukung metode yang digunakan oleh seorang guru. Alat bantu yang digunakan oleh seorang guru dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan oleh guru melalui kata atau kalimat. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu ( Aqib, 2002 : 58)<br />Penggunaan alat bantu sangat cocok apabila guru menggunakan berbagai metode mengajar yang kita kenal dewasa ini. Misalnya metode mengajar ceramah bervariasi sangat baik apabila menggunakan media mengajar grafis. Metode mengajar ini sangat efisien dengan media grafis yang dipilih oleh guru, sesuai materi pelajaran. Dalam penggunaan metode ini guru harus pandai memilih media grafis. Pembelajaran yang menggunakan media grafis tidak membuat siswa itu menjadi bosan.<br /><br />Manfaat penggunaan media (grafis) dalam kegiatan belajar mengajar, terutama untuk tingkat SD adalah sangat besar. Pada usia ini anak masih berada pada tahap berpikir kongkrit dan belum mampu berpikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam memahami konsep tertentu, yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan bahasa. Ketidakmampuan guru dalam menjelaskan sesuatu materi ajar dapat diwakili oleh peranan media. Dalam hal ini, media bernilai praktis bagi siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran ( Dimyanti, 1993; Nurani, 2003)<br />Ada kesan kuat bahwa dalam proses pembelajaran di sekolah, guru jarang menggunakan media pembelajaran sehingga murid/ siswa tidak optimal dalam belajarnya serta menjauhkan anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. Berkaitan dengan media pembelajaran terutama media grafis, dalam tulisan ini penulis merancang format media grafis untuk bisa digunakan oleh guru.<br /><br />Media Grafis<br />Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar atau simbol visual lain dengan maksud untuk mengikhtiarkan, menggambarkan, merangkum suatu ide, data atau kejadian. Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol itu perlu dipahami benar artinya proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efesien (Sadiman, 1986 : 28-29).<br />Selain fungsi umum tersebut, secara khusus media grafis berfungsi juga untuk menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Media grafis dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu media grafis bukan proyeksi dan media grafis proyeksi<br />1. Media grafis bukan proyeksi terdiri dari :<br />a. gambar/foto<br />b. sketsa<br />c. diagram<br />d. grafik: grafik garis,grafik batang, grafis balok<br />e. bagan/chard<br />f. poster<br />g. karton dan karikatur<br />h. peta/globe<br />i. papan tulis<br />j. papan flanel<br />k. papan buletin<br /><br />2. Media grafis proyeksi : beningan/transparan<br /><br /><br />Manfaat Media dalam Kegiatan Pembelajaran<br />Manfaat media dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah memperlancar proses interaksi antara guru denga siswa, dalam hal ini membantu siswa belajar secara optimal. Setiyana berpendapat bahwa domain/aspek kognitif, psikomotorik dan efektif tak bisa tergali tanpa menggerakkan para siswa berpraktik dengan bantuan alat peraga (Kompas, 19 Desember 2007). Kemp dan Dayton (dalam Yamin, 2007:200) mengidentifikasi tidak kurang dari 10 (sepuluh) manfaat media dalam kegiatan pembelajar, yaitu:<br />1. Menyapaikan materi pembelajaran dapat diseragamkan<br />2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik<br />3. Proses siswa lebih intreraktif<br />4. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi<br />5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan<br />6. Proses belajar dapat belajar terjadi dimana saja dan kapan saja<br />7. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan<br />8. Peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif dan produktif<br />9. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan<br />10. memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya (Lihat juga : Sadiman, dkk, 2007 : 17-18; Usman, 2006 : 32; Solihatin dan Raharjo, 2007 : 22-23)<br /><br /><br />Macam-macam Media Pembelajaran<br />Banyak sekali media pembelajaran, namun hanya sedikit sekali yang sering di gunakan did lam kelas. Macam-macam media pembelajaran adalah:<br />1. Overhead projektor<br />2. Gambar, foto<br />3. Model<br />4. Papan tulis<br />5. Buku<br />6. Vidio<br />7. Fiml bingkai<br />8. Poster<br />9. Globe<br />10. Peta<br />11. Chart/bagan<br />12. Video tape<br />13. dll<br />Media yang sering digunakan guru dalam kelas adalah overhead projector, gambar/foto, model, papan tulis, chart dan buku.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Pemilihan Media Pembelajaran<br />Penggunaan media atau alat-alat modern di dalam pembelajaran bukanlah berarti menggati cara mengajar yang baik, melainkan untuk melengkapi dan membantu para guru dalam menyampaikan materi atau informasi kepada siswa. Dengan menggunakan media diharapkan terjadinya komunikasi yang komunikatif, siswa mudah memahami maksud dari materi yang disampaikan guru di depan kelas, kemudian juga sebalikbya guru mudah mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, melalui media, guru dapat membuat contoh-contoh, interprestasi-interprestasi sehingga siswa mendapat kesamaan arti sesama mereka.<br />Penggunaan dan pemilihan media harus mempertimbangkan :<br />1. Tujuan/indikator yang hendak dicapai<br />2. Kesesuaian media dengan matri yang dibahas<br />3. Tersedia sarana dan prasarana penunjang, dan<br />4. Karakteristik (kematangan) siswa<br />5. Kesesuaian batas kemampuan biaya<br />6. Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan diskusi, analisis dan evaluasi (Usman, 2006 : 32; Yamin, 2007 : 209; Sadiman, 2007 : 18)<br /><br />Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)<br />Berdasarkan macam-macam media pembelajaran di atas, media pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran kewarganegaraan adalah : papan tulis, overhead projector, gambar/foto, chart/bagan, buku. Berdasarkan pertimbangan keterbatasan sarana dan prasarana, maka media pembelajaran seperti overhead projector tidak mutlak untuk mencapai dalam proses pembelajaran. <br />Media yang paling efektif dalam pembelajaran kewarganegaraan adalah media grafis (gambar/foto, bagan/chart, poster, kartun). Dengan media grafis, anak didik mudah memahami materi pelajaran serta mampu menarik kesimpulan terhadap media gambar yang ditampilkan oleh guru. Media grafis yang ditampilkan harus sesuai dengan tujuan/indikator yang hendak dicapai, kesesuaian dengan materi yang dibahas serta karaktristik murid/siswa.<br /><br />Rancangan Media Pembelajaran PKn SD<br />Mata Pelajaran PKn mempunyai misi membina nilai, moral, dan norma secara utuh bulat dan berkesinambungan. Tujuan PKn adalah untuk membentuk warga negara yang baik, yaitu yang tahu, mau dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, PKn lebih menekankan pada pembentukan aspek moral (afektif) tanpa meninggalkan aspek lainnya. Untuk mencapai sasaran dan target tersebut, dalam pembelajaran-pembelajaran diperlukan penataan alat, bahan dan sumber belajar agar dapat dilihat dan mudah digunakan oleh murid. Media Pembelajaran PKn harus dapat menstimulus lahirnya proses pembelajaran yang aktif dan kreatif (Pakem). Menurut Rumianiti (2007), syarat yang harus diperhatikan untuk media PKn, yaitu :<br />1) membawakan sesuatu atau sejumlah isi pesan harapan<br />2) memuat nilai atau pesan kontras<br />3) diambil dari dunia kehidupan nyata<br />4) menarik minat dan perhatian siswa<br />5) terjangkau oleh kemampuan belajar siswa<br /><br /><br /><br />Sumber Informasi Media Grafis<br />1. Surat Kabar/Koran<br />2. Biro Kliping<br />3. Majalah<br />4. Buletin<br />5. Sekolah (media yang tersedia di sekolah)<br />6. Siswa (tugas kliping siswa)<br />7. Guru<br />8. Kantor Pemerintahan<br />9. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Format Media Grafis PKn SD<br /><br />Media Grafis PKn<br />Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan<br />Standar kompetensi :<br />Indikator :<br />Tujuan pembelajaran :<br />Materi Pembelajaran : <br />Media Grafis :Gambar/Foto/Bagan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Deskripsi Media grafis: Gambar /foto ini mengandung makna… (sesuaikan dengan materi)<br /> <br />Tugas Murid/Siswa : Guru meminta salah satu siswa (bila perlu sebut namanya) untuk memberikan komentar terhadap gambar/foto yang ditampilkan. Guru juga meminta siswa lain untuk mengomentari komentar temannya<br />Tugas Guru : Menjelaskan makna gambar dan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan gambar/foto tersebut<br /> <br />Kesimpulan : Guru bersama murid/siswa menarik kesimpulan terhadap gambar/foto yang ditampilkan <br />Mengetahui<br />Kepala Sekolah Guru PKn<br /><br />Izaach Sisyuf Jan Mario Emeliano<br /> NIP. 132 xxx NIP.132 xxx<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Contoh media grafis PKn SD<br /><br />Media Grafis PKn<br />Mata Pelajaran : <br />Standar kompetensi :<br />Indikator :<br />Tujuan pembelajaran :<br />Materi Pembelajaran : <br />Media Grafis :Gambar/Foto/Bagan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Deskripsi Media grafis:……………………………….<br /> ………………………………………<br />Tugas Murid/Siswa : ……………………………………… …………………………………<br /><br />Tugas Guru : ………………………………………<br /> ……………………………………… <br /><br />Kesimpulan :……………………………………<br /><br /> ………………………………………<br />Mengetahui<br />Kepala Sekolah Guru PKn<br /><br /><br />(………………….) (……………….)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Contoh media grafis PKn SD<br /><br />Media Grafis PKn<br />Mata Pelajaran : <br />Standar kompetensi :<br />Indikator :<br />Tujuan pembelajaran :<br />Materi Pembelajaran : <br />Media Grafis : Gambar/Foto/Bagan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Deskripsi Media grafis:………………………………<br /> <br />Tugas Murid/Siswa : ………………………………………<br /> <br />Tugas Guru : ………………………………………<br /> <br />Kesimpulan :………………………………………<br /><br /> <br />Mengetahui<br />Kepala Sekolah Guru Kelas<br /><br /><br /><br />(………………….) (……………….)<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Contoh media grafis PKn SD<br /><br />Media Grafis PKn<br />Mata Pelajaran : <br />Standar kompetensi :<br />Indikator :<br />Tujuan pembelajaran :<br />Materi Pembelajaran : <br />Media Grafis :Gambar/Foto/Bagan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Deskripsi Media grafis :………………………………… <br /><br />Tugas Murid/Siswa : …………………………………...<br />Tugas Guru : …………………………...………<br /> <br />Kesimpulan :…………………………………… <br /><br /><br />Mengetahui<br />Kepala Sekolah Guru PKn<br /><br /><br /> <br /> (.............................) ( .......................... )<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Contoh media grafis PKn SD<br /><br />Media Grafis PKn<br />Mata Pelajaran : <br />Standar kompetensi :<br />Indikator :<br />Tujuan pembelajaran :<br />Materi Pembelajaran : <br />Media Grafis : Gambar/Foto/Bagan<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Deskripsi Media grafis : ………………………….....……… <br /><br />Tugas Murid/Siswa : ………………………………………<br /><br />Tugas Guru : ……………………………………….<br /> <br />Kesimpulan :………………………………………...<br /><br /> <br />Mengetahui<br />Kepala Sekolah Guru Kelas<br /><br /><br /><br />(.......................... ) ( ........................... )<br /><br /><br /><br /><br />SIMPULAN<br /><br />Media pembelajaran (grafis) merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, dengan demikian mutlak direncanakan, disipkan dan digunakan oleh guru saat mengajar di kelas dengan memperhatikan dunia kehidupan nyata anak didik. Pengajaran dengan menggunakan media dapat meningkatkan hasil pengalaman belajar peserta didik.<br /><br />DAFTAR RUJUKAN<br /><br />Aqib Sainal. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia<br /><br />Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi<br /><br />Sadiman Arief, dkk. 2007. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta : RajaGrafindo Persada<br /><br />Solihatin Etin dan Raharjo. Cooperative Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara<br /><br />Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan : Problema, Solusi, dan reformasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara<br /><br />Usman M. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya<br /><br />Yamin Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada Presswillykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-46357777294401276042010-11-24T01:38:00.000-08:002010-11-24T01:45:29.143-08:00MENUMBUHKAN KESADARAN SEJARAH LOKAL PAPUAGROWING AWARENESS OF LOCAL HISTORY OF PAPUA (VERSI BAHASA INGGRIS)<br />By: Jan Dirk Wabiser * <br /><br /><br />Preliminary <br />Each area has a local history and oral history of each and all started in the form of oral history. Such generalizations can be found everywhere, including in Papua. Papuans generally save a lot of local history that is often spoken, but not recorded in the document as written sources. Local History of Papua has not been much explored, switched on and empowered to be included in the local curriculum. By maketh as local content of teaching materials, the younger generation (students) do not lose their identity and their identity. <br />Exploring local history is very important since the national history is formed from a number of local historical information but it certainly has a national value. In addition, local history is the mirror away from the owner of that history. Local history of Papua to be excavated and turned on for the Papuans today do not lose their self identity. This is very urgent because kelampauan Papua help determine present and futurity expected better. Digging and turning on an awareness of local history. <br />Being conscious of history as confirmed by the historian of Indonesia, Satono Kartodirdjo (1993) that the nation does not know his past will lose their identity or personality. Thus, awareness of history is an inspiration and aspiration, both are very potential to evoke a sense of pride (pride) and a sense of obligation (responsibility and obligation). <br />Awareness of history above, also contained in the Policy outlined by Country of (1993) who have asserted that the values and historical traditions which give typical culture of the nation need to dig in, maintained, and promoted to foster the national spirit unpatriotic. This guarantee can diwujudnyatakan through awareness of history. Without awareness of human history is like life without purpose or as if we do not have a history. If the condition is so, then difficult to determine the present and future. <br />Tanah Papua is not terra in cognita, because it was inhabited by Melanesian people of Papua race since several centuries ago. In the process of the human journey of Papua is rich in oral tradition, oral history and local history. These riches show identification, but not much explored, turned on and empowered for the sake of national development and regional (provincial / district / city), and more specifically for the Papuans did not lose her identity both present and future. <br />Awareness of local history of Papua, sometimes like a closed curtain, in terms of this area certainly has a history like other regions, the difference in the feel of historical tertetak according to circumstances and the facts supporting. For example: Days So Jayapura city, there are historical nuances that accompany it. The existence of local history of a region is determined by the historical sources that support it. For the first region into the central seat of government was to ensure that area will have very important meaning for disclosure and preparation history (Turah Fortune, 2005). Areas in Papua, which first become a center of government is to Manokwari, Fak-Fak, Merauke and Hollandia (Jayapura). Why is there a regional archive office? because the document is always stored in the archives of the region and also in the library. Documents are stored is very important in regional development planning. Unlike the area since the first does not become the center of government, the state will close the curtain classic. Therefore, the source and the fact that the primary source of history is minimal, so as to uncover the veil of history would have difficulty. To uncover this second problem, we rely on oral history / oral interview. <br />Local History of Papua has a very important position in the reform era or the era of special autonomy for Papua Province. In the era of recorded history was the golden age of special autonomy for Papuans because it is the consciousness we also have committed to build towards a better Papua. Why is the Governor of Papua Province is now willing to build from village to town?. Is not this commitment is a sense of history?. if listened to by both candidates, programs and vice-gubernatorial candidate Papua 2006-2011 period, it is seen clearly from the historical consciousness of each candidate. The problem is how to achieve that awareness to promote daerah/0rang Papua. To build the Land of Papua, we must learn from Papua kelampauan aspect in the aspect of political, economic, and cultural pendididkan. <br /><br />Historical consciousness in the various aspects / areas. <br /><br />a. Consciousness in Political aspects <br />By studying local history, we will know clearly how the system of government which is run by the Dutch government in Papua, whether decentralization or centralization of power. Another matter relates to the division or the division of territory as is now happening in Papua. Is not the division or the division of the territory of Papua in the present follow the model that made the Dutch government?. Most important also in this section is how the role and involvement of Papuans in government. Similarly to the situation after the collapse of the integration process until the new order in Indonesia. By understanding the system and the involvement of the failures that have occurred do not happen again. The principle is to learn from the past to determine today and tomorrow better. <br /><br />b. Awareness in aspects of economic history <br /><br />In addition to local history of politics, we also understand how the economic life in the past, what efforts are made to economic empowerment of the Papuans. The various phenomena that occur both before and after the special autonomy not discourage people from various parts of Indonesia, mainly from Java, Sulawesi, Ambon Island, East Nusa Tenggara, even from the island of Sumatra came stuffing cities in Papua. Various ethnic groups are racing venture together with the indigenous people of Papua. Competition was running no balance. The migrants from outside Papua, while developing more advanced indigenous owners termarginalisasikan city from the assets of life and employment that are nearby are the classic reasons due to lack of ability and competitiveness. The investors and migrants develop inventasinya. Almost all types of economic enterprises, started the business of production, distribution, marketing and other services controlled by migrants. A portrait of the economic gap between migrants and indigenous people. With a sense of history, the question arises: what should be done to empower the indigenous Papuans in the economic field?. <br /><br />c. Awareness of the historical aspects of the Education <br />By studying the history of education in Papua, we will understand well the development of education in Papua from time to time, that is how the future of education in Papua, the Netherlands, the New Order era and the period of reform / special autonomy. By reviewing the history of our education will understand the educational curriculum implemented, the effort to improve the quality of teachers, welfare, facilities and infrastructure and the final goal of the education system. Conditions today shows that progress in school participation but the quality is still very low. With kedasaran history, which needs to be done is improving the quality of learning / quality of teachers (lecturers), the quality of graduates, infrastructure (libraries and laboratories) are adequate. <br /><br />d. Awareness of cultural aspects <br />Every tribe has a history of culture and identity that characterize them. Man and culture are inseparable. Man and culture is a very closely united. There's no way the two are separated. There is no human culture. Cultural history is a reflection of themselves from a nation, and ethnic groups because it is necessary and continue to be studied and developed by the younger generation to avoid extinction. <br />The phenomenon of today shows that there is degradation of cultural decadence and even culture. Culture and cultural heritage of the past difficult to sustain longer. Problem areas such as language; Papuan children no longer fluent in using their local language; about dance rather than dance wayase yospan. One aspect of culture that would occupy the highest priority to be fostered and developed, and is subsequently inherited languages of the region because it is a regional cultural identity should be preserved in life (Hardjoprawiro, 1993/1994: 31). With a sense of history we must preserve the local culture in order to remain sustainable by utilizing the momentum of special autonomy to incorporate local cultures as teaching materials of local content. <br /><br />Decentralization History <br />Special autonomy is an era that was very appropriate for the decentralization of history. Decentralization of history can be started from the steps local governments (provinces, districts, cities) to reconstruct the local history of Papua's problems in a comprehensive (history of the village, the town's history, the history of the province / region), collecting the history of assets-whether in the form of objects, buildings, and historical documents; writing of local history, and tracking history and local leaders. Written resources about Papua contained in various documents, both in the Indonesian-language document, Dutch, Spanish, Portuguese and stored in the centers of the archives are scattered in countries that have the language. One way to do is read the document for the purposes of writing the history of Papua. For that purpose is achieved then the way in which is to educate / train a number of researchers to master a foreign language by giving priority to the Dutch language as a written document on Papua's most lots are stored in the Netherlands (Mansoben, 2006) <br />These local governments step is awareness of the long history, which will raise awareness of contemporary history. According Nugroho Notosusanto (1984: 6), contemporary history is the era of their lives together, ie simultaneously with both our readers and historians as well as scientifically penggarapanaya. Writing contemporary history is very important because of major changes an d fast on the present. In contemporary history, the history is seen as a movement that follow a certain path, which leads forward and could not walk from one level to another more advanced. One can only know the movement's history, either by raising or lowering the tempo, but he can not stop or change the course of history. Ali syari 'ati (1988) argues that public awareness needs to be built because it is a mirror of historical consciousness itself, and history is something ongoing process of a society which takes place according to certain laws which are deterministic, and has accumulated from the rise and fall of a community. Awareness of local history of Papua need to be built because it is the mirror self and identity that need to be developed throughout the ages. <br /><br /><br />References <br /><br />Hardjoprawiro. 1993/1994. Language and Cultural Preservation Area of Compound In Indonesia Society. Jakarta: Ministry of Education and Culture <br /><br />Kartodirdjo, Sartono, 1993. Approach Methodology of Social Sciences in History. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama <br /><br />Mansoben, J.R. 2006. Local History Papuans of Papua as an existence which need to be developed. Jayapura. Papua Local History Study Center. <br /><br />Notosusanto Nugroho (1984) Problems of contemporary history research (An Experience). Jakarta: Inti Idayu Press. <br />Turah, Lucky. 2005. Growing Awareness of Local History (htt / / www.Suaramerdeka.com) <br /><br />Wabiser, Y.D. 2006. Inventory of Local History of Papua. Jayapura. Papua Local History Study Center <br /><br /><br /><br />* Author: Lecturer in History and Education Studies Program University of Cenderawasih Jayapura PPKn FKIP <br /><br />======================================================================================<br />VERSI BAHASA BELANDA:<br /><br />Groeiend besef van lokale geschiedenis van PAPOEA <br />Door: Jan Dirk Wabiser * <br /><br /><br />Prejudiciële <br />Elk gebied heeft een lokale geschiedenis en orale geschiedenis van elk en begon allemaal in de vorm van oral history. Dergelijke generalisaties zijn overal te vinden, ook in Papoea. Papoea's in het algemeen bespaart een hoop van de lokale geschiedenis, die vaak wordt gesproken, maar niet geregistreerd in het document als geschreven bronnen. Lokale geschiedenis van Papua is niet veel onderzocht, ingeschakeld en bevoegd is om te worden opgenomen in de plaatselijke curriculum. Door stuwt als lokale inhoud van lesmateriaal, de jongere generatie (studenten) verliezen niet hun identiteit en hun identiteit. <br />Het verkennen van de plaatselijke geschiedenis is erg belangrijk omdat de nationale geschiedenis is gevormd uit een aantal lokale historische informatie, maar het heeft zeker een nationale waarde. Bovendien, de plaatselijke geschiedenis is de spiegel uit de buurt van de eigenaar van die geschiedenis. Lokale geschiedenis van Papua te worden afgegraven en ingeschakeld voor de Papoea's vandaag niet verliezen hun eigen identiteit. Dit is zeer urgent, omdat kelampauan Papoea-helpen bij het bepalen huidige en verwachte futurity beter. Graven en het draaien op een bewustzijn van de lokale geschiedenis. <br />Zich bewust van de geschiedenis zoals bevestigd door de historicus van Indonesië, Satono Kartodirdjo (1993) dat de natie niet zijn verleden weet dat hun identiteit of persoonlijkheid te verliezen. Zo, het bewustzijn van de geschiedenis is een bron van inspiratie en aspiratie, beide zijn zeer potentieel om een gevoel van trots op te roepen (trots) en een gevoel van verplichting (verantwoordelijkheid en verplichting). <br />Bewustwording van de geschiedenis boven, ook in het geschetste beleid per land van (1993), die hebben bevestigd dat de waarden en historische tradities die typische cultuur van de natie moeten geven in te graven, onderhouden en bevorderd tot bevordering van de nationale geest onpatriottisch. Deze garantie kan diwujudnyatakan door middel van bewustmaking van de geschiedenis. Zonder besef van de menselijke geschiedenis is als leven zonder doel of als we niet een geschiedenis. Als de aandoening zo is, dan moeilijk vast te stellen de huidige en toekomstige. <br />Tanah Papua is niet Terra in cognita, want het werd bewoond door Melanesische mensen van Papoea-race sinds enkele eeuwen geleden. In het proces van de menselijke reis van Papua is rijk aan mondelinge overlevering, mondelinge geschiedenis en lokale geschiedenis. Deze rijkdom laten identificeren, maar niet veel verkend, ingeschakeld en bevoegd ter wille van de nationale ontwikkeling en de regionale (provinciale / wijk / stad), en meer specifiek voor de Papoea's niet te verliezen haar identiteit zowel heden en toekomst. <br />Bewustmaking van de lokale geschiedenis van Papoea, soms als een gesloten gordijn, in termen van dit gebied heeft zeker een geschiedenis net als andere regio's, het verschil in het gevoel van historische tertetak naar gelang de omstandigheden en de feiten ondersteunen. Bijvoorbeeld: dagen, zodat Jayapura stad, zijn er historische nuances die daarmee gepaard gaan. Het bestaan van de lokale geschiedenis van een regio wordt bepaald door de historische bronnen die dit ondersteunen. Voor de eerste regio in de centrale zetel van de regering was om ervoor te zorgen dat gebied zal zeer belangrijke betekenis voor de bekendmaking en voorbereiding geschiedenis (Turah Fortune, 2005). Gebieden in Papoea, die voor het eerst uitgegroeid tot een centrum van de regering is naar Manokwari, Fak Fak-, Merauke en Hollandia (Jayapura). Waarom is er een regionaal archief kantoor? omdat het document is altijd opgeslagen in de archieven van de regio en ook in de bibliotheek. Documenten worden opgeslagen is erg belangrijk in de regionale ontwikkeling planning. In tegenstelling tot het gebied sinds de eerste niet het middelpunt geworden van de overheid, zal de staat sluit het gordijn klassieker. Dus de bron en het feit dat de primaire bron van de geschiedenis minimaal is, om zo de sluier van de geschiedenis bloot te leggen zou zijn moeilijkheden. Op te sporen dit tweede probleem, wij rekenen op oral history / mondeling interview. <br />Lokale geschiedenis van Papoea heeft een zeer belangrijke positie in de hervorming tijdperk of het tijdperk van de speciale autonomie voor Papoea provincie. In het tijdperk van de geschiedenis was het gouden tijdperk van de speciale autonomie voor Papoea's want het is het bewustzijn dat wij ook hebben toegezegd op te bouwen naar een betere Papua. Waarom is de gouverneur van de provincie Papoea is nu bereid om te bouwen van dorp naar stad?. Is het niet deze toezegging is een gevoel van geschiedenis?. Als door beide kandidaten, programma's en de vice-gouverneur de kandidaat-Papua 2006-2011 periode luisterde, is het duidelijk te zien van het historische bewustzijn van elke kandidaat. Het probleem is hoe dat bewustzijn te bevorderen daerah/0rang Papoea te bereiken. De bouw van het Land van Papoea, moeten we leren uit Papua kelampauan aspect in het aspect van de politieke, economische en culturele pendididkan. <br /><br />Historisch bewustzijn in de verschillende aspecten / gebieden. <br /><br />a. Het bewustzijn in de politieke aspecten <br />Door het bestuderen van de plaatselijke geschiedenis, zullen we duidelijk weten hoe het systeem van de regering die door de Nederlandse overheid loopt in Papoea, of decentralisatie of centralisatie van de macht. Een andere kwestie betreft de verdeling of de verdeling van het grondgebied zoals nu gebeurt in Papua. Is niet de verdeling of de verdeling van het grondgebied van Papoea in het onderhavige het model volgen dat de Nederlandse regering gemaakt?. Belangrijkste Ook in dit gedeelte is hoe de rol en betrokkenheid van Papoea's in de regering. Net als bij de situatie na de ineenstorting van het integratieproces tot de nieuwe orde in Indonesië. Door het begrijpen van het systeem en de betrokkenheid van de storingen die zich hebben voorgedaan niet weer gebeuren. Het principe is om te leren van het verleden naar vandaag en morgen te bepalen beter. <br /><br />b. Bewustzijn in aspecten van de economische geschiedenis <br /><br />In aanvulling op de lokale geschiedenis van de politiek, begrijpen we ook hoe het economische leven in het verleden, welke inspanningen worden gedaan om de economische emancipatie van de Papua's. De diverse fenomenen die zich voordoen zowel vóór als na de speciale autonomie niet ontmoedigen mensen uit verschillende delen van Indonesië, voornamelijk van Java, Sulawesi, Ambon Island, Oost Nusa Tenggara, zelfs van het eiland Sumatra kwam vulling steden in Papoea. Verschillende etnische groepen zijn race-venture samen met de inheemse bevolking van Papua. Concurrentie liep geen balans. De migranten van buiten Papua, terwijl het ontwikkelen van meer geavanceerde inheemse eigenaars termarginalisasikan stad uit de activa van het leven en de werkgelegenheid die in de buurt zijn, zijn de klassieke redenen te wijten aan gebrek aan vermogen en concurrentiekracht. De investeerders en migranten te ontwikkelen inventasinya. Bijna alle soorten van economische ondernemingen, begon het bedrijf van productie, distributie, marketing en andere diensten gecontroleerd door migranten. Een portret van de economische kloof tussen migranten en autochtone mensen. Met een gevoel van geschiedenis, rijst de vraag: wat moet worden gedaan om de inheemse Papoea's de bevoegdheid op economisch gebied?. <br /><br />c. Bewustzijn van de historische aspecten van het Onderwijs <br />Door het bestuderen van de geschiedenis van het onderwijs in Papua, zullen we goed begrijpen van de ontwikkeling van het onderwijs in Papoea-van tijd tot tijd, dat is hoe de toekomst van het onderwijs in Papua, Nederland, de Nieuwe Orde tijdperk en de periode van de hervorming / speciale autonomie. Door de herziening van de geschiedenis van ons onderwijs zal het onderwijscurriculum uitgevoerd, is de inspanning om de kwaliteit van leraren, welzijn, voorzieningen en infrastructuur en het uiteindelijke doel van het onderwijs te verbeteren begrijpen. Voorwaarden vandaag de dag blijkt dat de vooruitgang in de participatie op school, maar de kwaliteit is nog steeds erg laag. Met kedasaran geschiedenis, die gedaan moet worden is het verbeteren van de kwaliteit van het leren / kwaliteit van leraren (docenten), de kwaliteit van de afgestudeerden, infrastructuur (bibliotheken en laboratoria) toereikend zijn. <br /><br />d. Bewustzijn van de culturele aspecten <br />Elke stam heeft een geschiedenis van cultuur en identiteit die hen te karakteriseren. Mens en cultuur zijn onlosmakelijk met elkaar verbonden. Mens en cultuur is een zeer nauw verenigd. Er is geen manier waarop de twee zijn gescheiden. Er is geen menselijke cultuur. Cultuurhistorie is een weerspiegeling van zichzelf van een natie, en etnische groepen, omdat het noodzakelijk is en nog steeds worden bestudeerd en ontwikkeld door de jongere generatie om uitsterven te behoeden. <br />Het fenomeen van vandaag blijkt dat er afbraak van de culturele decadentie en zelfs cultuur. Cultuur en cultureel erfgoed van het verleden moeilijk te langer kan volhouden. Probleemgebieden zoals taal; Papoea-kinderen niet meer vloeiend in het gebruik van hun lokale taal; over in plaats van dans dan dans wayase yospan. Een aspect van de cultuur dat de hoogste prioriteit zou bezetten worden bevorderd en ontwikkeld, en wordt vervolgens geërfd talen van de regio, omdat het een regionale culturele identiteit dient te worden bewaard in het leven (Hardjoprawiro, 1993/1994: 31). Met een gevoel van geschiedenis moeten we het behoud van de lokale cultuur om duurzame blijven door gebruik te maken van het momentum van de speciale autonomie aan lokale culturen te nemen als didactisch materiaal van lokale content. <br /><br />Decentralisatie Geschiedenis <br />Speciale autonomie is een tijdperk dat was zeer geschikt voor de decentralisatie van de geschiedenis. Decentralisatie van de geschiedenis kan worden gestart vanaf de stappen lokale overheden (provincies, districten, steden) om de lokale geschiedenis van Papua's problemen in een uitgebreide reconstructie van (de geschiedenis van het dorp, de stad geschiedenis, de geschiedenis van de provincie / regio), het verzamelen van de de geschiedenis van de activa-of in de vorm van objecten, gebouwen en historische documenten, schrijven van de lokale geschiedenis, en het bijhouden van de geschiedenis en de lokale leiders. Geschreven bronnen over Papua vervat in verschillende documenten, zowel in de Indonesische taal document, Nederlands, Spaans, Portugees en opgeslagen in de centra van de archieven liggen verspreid in landen die de taal hebben. Een manier om te doen is leest u het document voor de toepassing van het schrijven van de geschiedenis van Papua. Voor dat doel is bereikt, de manier waarop is om te onderwijzen / trainen van een aantal onderzoekers om een vreemde taal meester te worden door voorrang te geven aan de Nederlandse taal als een geschreven document op de meeste kavels Papoea's zijn opgeslagen in Nederland (Mansoben, 2006) <br />Deze lokale overheden stap is bewustwording van de lange geschiedenis, die het bewustzijn van de hedendaagse geschiedenis zal verhogen. Volgens Nugroho Notosusanto (1984: 6), hedendaagse geschiedenis is het tijdperk van hun leven samen, dat wil zeggen tegelijkertijd met zowel onze lezers en historici alsmede wetenschappelijk penggarapanaya. Schrijven hedendaagse geschiedenis is heel belangrijk omdat grote veranderingen een d snel op het heden. In de hedendaagse geschiedenis, is de geschiedenis gezien als een beweging die een bepaalde weg, die naar voren leidt en kon niet van het ene niveau naar het andere lopen meer geavanceerde volgen. Men kan slechts weten dat de beweging de geschiedenis, hetzij door verhogen of verlagen van het tempo, maar hij kan niet stoppen of veranderen de loop van de geschiedenis. Ali syari 'ati (1988) betoogt dat het publiek bewust moet worden gebouwd omdat het een spiegel van historische bewustzijn zelf, en de geschiedenis is iets wat continu proces van een samenleving die zich volgens bepaalde wetten die deterministisch is, en heeft verzameld uit de opkomst en ondergang van een gemeenschap. Bewustmaking van de lokale geschiedenis van Papoea gebouwd moeten worden want het is de spiegel zelf en identiteit die moeten worden ontwikkeld door de eeuwen heen. <br /><br /><br />Referenties <br /><br />Hardjoprawiro. 1993/1994. Taal-en Cultuurbehoud Ruimte van Compound In Indonesië Society. Jakarta: Ministerie van Onderwijs en Cultuur <br /><br />Kartodirdjo, Sartono, 1993. Methodologie van aanpak Sociale Wetenschappen in de Geschiedenis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama <br /><br />Mansoben, J.R. 2006. Lokale geschiedenis Papoea's van Papoea als een bestaan die moeten worden ontwikkeld. Jayapura. Papua Plaatselijke Geschiedenis Study Center. <br /><br />Notosusanto Nugroho (1984) Problemen van de hedendaagse geschiedenis onderzoek (een ervaring). Jakarta: Inti Idayu Press. <br />Turah, Lucky. 2005. Groeiende besef bij de lokale geschiedenis (htt / / www.Suaramerdeka.com) <br /><br />Wabiser, Y.D. 2006. Inventaris van de lokale geschiedenis van Papua. Jayapura. Papua Plaatselijke Geschiedenis Study Center <br /><br /><br /><br />* Auteur: docent geschiedenis en onderwijs Studies Program Universiteit van Cenderawasih Jayapura PPKn FKIPwillykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-72367559758056384962010-11-09T00:20:00.000-08:002010-11-09T00:47:22.390-08:00Dosen Teladan pada 10 November 2010hari ini selasa, 9 November 2010 tepat jam 8.00 ketika ruang kerja terbuka dan hendak memulai kerja, program studi PPkn kedatangan tamu yang mengantarkan sepucuk surat undangan yang isinya berupa undangan untuk hadir pada acara Dies Natalis Universitas Cenderawasih yang jatuh pada Rabu, 10 November 2010. Surat tersebut langsung diserahkan oleh Willius Kogoya, kepada bapak Yan Dirk Wabiser,S.Pd,M.Hum.<br /><br />Undangan tersebut setelah dibuka oleh bapak Yan Dirk Wabiser, S.Pd,M.Hum ternyata berisi undangan untuk menghadiri Acara Dies sekaligus menerima Piagam Penghargaan dari civitas Akademika Uncen sebagai Dosen Teladan.<br /><br />Peristiwa ini disambut dengan gembira oleh seluruh dosen terutama dari program studi PPKn atas penghargaan yang telah diperoleh Bapak Yan D Wabiser. Penghargaan yang telah diterima oleh Bapak Wabiser adalah penghargaan kita semua di Program studi PPKn, kata ketua Program studi PPKn Willius Kogoya disaat suasana gembira.<br /><br /><br />Disaat itupun selain rasa kaget, dan senang ada pertanyaan kecil yang muncul dari bapak Wabiser, " Pantaskah saya mendapatkan julukan dosen teladan?". suara-suara yang mengatakan bahwa, bapak Yan Dirk Wabiser, S.Pd.M.Hum pantas mendapatkannya pun datang dari semua. Ketika suara , "Pantas mendapatkan penghargaan sebagai dosen teladan" terucap, ada hal yang menarik dari bapak Yan Dirk Wabiser yakni, mengatakan bahwa, "terima kasih atas pemberian penghargaan, namun satu hal yang agak berat adalah kerja keras untuk menjaga nama baik dosen teladan tersebut"<br /><br /><br />mengakhiri tulisan ini, segenap dosen dan mahasiswa mengucapkan selamat bagi Program studi dan selamat bagi Bapak Yan Dirk Wabiser, S.Pd,M.Hum. "sukses selalu dalam karir bapak, Tuhan Yesus Memberkati"willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-54480883123691185762010-10-24T21:27:00.000-07:002010-10-24T21:30:47.558-07:00Contoh Penelitian Tindakan Kelas PKnA. Judul Penelitian<br /><br />” MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VIID SMP ISLAM AL-HIKMAH MAYONG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2009-2010 ”<br /><br />B. Bidang Kajian<br /><br />Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan pemberian metode examples non examples.<br /><br />C. Latar Belakang Masalah<br /><br />Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn, karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.<br /><br />Kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar atau ketuntasan belajar yang telah ditentukan kriteria ketuntasan minimalnya ( KKM ). Keaktifan siswa rendah justru disebabkan oleh pembelajaran yang berpusat pada guru. Sebab guru hanya menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi guru, sehingga mengakibatkan keaktifan siswa rendah. Di samping itu, nilai rata rata ulangan harian rendah yang dicapai siswa kelas VII D SMP Islam Al-Hikmah Mayong yaitu rata-rata 60,50 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 66 % padahal KKM di sekolah adalah 68. Hal ini belum mencapai KKM yang telah ditetapkan dan belum tuntas secara klasikal minimal 85 %. Dari ketiga nilai , baik aspek kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik yang ada, pada penelitian ini peneliti hanya mengambil nilai kognitif saja.<br /><br />Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kretivitas dan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktivitas siswa yang meningkat, sehingga ketuntasan belajar dapat tercapai. Model pembelajaran tersebut adalah model example non example,<br /><br />Pembelajaran Example Non Example adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa diberikan contoh-contoh gambar yang menarik dan berhubungan dengan materi pembelajaran. Kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan secara kelompok, tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru juga mengarahkan siswa untuk berani menyampaikan pendapat,bertanya dan menjawab serta menyimpulkan permasalahan.<br /><br />D. RUMUSAN MASALAH<br /><br />Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:<br /><br />. Apakah dengan menggunakan model Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar PKn kelas VII D di SMP Islam Al-Hikmah Mayong Jepara ?<br />E.. PEMECAHAN MASALAH<br /><br />Dari rumusan masalah tersebut di atas , maka pemecahan masalah yang muncul adalah :<br /><br />Nilai Pendidikan Kewarganegaraan ( khususnya nilai kognitif ) rendah.<br />Model pembelajaran selama ini yang dipakai adalah masih bersifat konvensional, maka pada penelitian ini perlu menggunakan model pembelajaran yang lain yaitu model Examples non Examples.<br />Dengan menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik,anak akan lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.<br /><br /><br />F. TUJUAN PENELITIAN<br /><br />1. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar dengan model Examples non Examples.<br /><br />2. Menemukan dan mengatasi masalah yang muncul selam proses belajar mengajar berlangsung.<br /><br />3. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru.<br /><br /><br />G. MANFAAT HASIL PENELITIAN<br /><br />Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) terhadap perbaikan pembelajaran memberi manfaat yang cukup signifikan , baik bagi siswa, guru, maupun institusi ( sekolah ).<br /><br />1. Manfaat bagi siswa :<br /><br />a) Membantu siswa meningkatkan pemahaman materi pembelajaran.<br /><br />b) Meningkatkan rasa percaya diri siswa.<br /><br />c) Mengaktifkan siswa dalam pembelajaran sehingga memperoleh hasil maksimal.<br /><br />2. Manfaat bagi guru :<br /><br />a) Membantu guru memperpaiki pembelajaran<br /><br />b) Membantu guru berkembang secara professional<br /><br />c) Menumbuhkan rasa percaya diri guru<br /><br />d) memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya.<br /><br />3. Manfaat bagi Institusi ( Sekolah ) :<br /><br />a) Membantu teman sejawat dapat melakukan PTK.<br /><br />b) Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa secara bertahap dan terus menerus<br /><br />c) Membuka wawasan para guru dan Kepala sekolah, bahwa permasalahan pembelajaran<br /><br />dapat diatasi melalui PTK.<br /><br />d) Sebagai bahan rujukan peneliti lain dan bahan kajian untuk dapat memberikan kritik<br /><br />saran yang konstruktif.<br /><br />e) Sebagai acuan dan perbandingan peneliti untuk mengambil tindakan dalam mengatasi<br /><br />masalah yang serupa / sama dalam pembelajaran.<br /><br />H. KAJIAN PUSTAKA<br /><br />A. Landasan Teori<br /><br />1. Hakekat Pembelajaran PKn<br />a. Pengertian belajar<br />Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.<br /><br />Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan[4]<br /><br />Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :<br /><br />1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.<br />2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik<br />3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.<br />4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).<br />b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan<br />Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.<br /><br />Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building” :<br /><br />Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.<br /><br />Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.<br /><br />Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).<br /><br />Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.<br /><br />B. Kerangka Berpikir<br /><br />1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui metode Examples Non Examples<br />Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.<br /><br />Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.<br /><br />Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan metode Examples Non Examples. Pembelajaran dengan metode Examples Non Examples adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diberi contoh gambar-gambar yang menarik yang berhubungan dengan materi pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk mendiskusikan secara kelompok permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk berani menyampaikan pendapat,bertanya dan mendengarkan pendapat yang berbeda diantara mereka.<br /><br />2. Pendekatan dan penerapan metode Examples Non Examples dalam mata pelajaran PKn<br />Bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan .Pembelajaran metode Examples Non Examples berlangung secara alamiah dalam masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatnya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.<br /><br />Dalam pembelajaran metode Examples Non Examples,guru mengatur strategi belajar serta memfasilitasi belajar siswa. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.<br /><br />Dari pembahasan di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya dan kerja kelompok. Peningkatan hasil belajar yang didapatkan tidak hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)<br /><br />J. HIPOTESIS<br /><br />Dengan demikian dapat diduga bahwa:<br /><br />Pembelajaran dengan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas VII D SMP Islam Al-Hikmah Mayong .<br />K. PERENCANAAN PENELITIAN<br /><br />1. Desain penelitian<br />Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.<br /><br />Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.<br /><br />Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.<br /><br />Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran PKn dengan metode Examples Non Examples untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.<br /><br />Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.<br /><br />Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.<br /><br />2. Tempat<br />Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al Hikmah Mayong Kelas VIID, dengan jumlah siswa 35 orang, yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok bahasan “ Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakkan HAM”.<br /><br />3. Waktu Penelitian<br />Penelitian direncanakan selama 2 (dua) minggu dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret 2010.<br /><br />4. Prosedur Penelitian<br />Siklus I<br /><br />A. Perencanaan<br /><br />Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.<br /><br />Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.<br /><br />Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.<br /><br />Memilih bahan pelajaran yang sesuai<br /><br />Menentukan scenario pembelajaran dengan model Examples non Examples.<br /><br />Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.<br /><br />Menyusun lembar kerja siswa<br /><br />Mengembangkan format evaluasi<br /><br />Mengembangkan format observasi pembelajaran.<br /><br />B. Tindakan<br /><br />Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran..<br />Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD..<br />Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.<br />Melalui disjusi kelompok 2 – 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas..<br />Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.<br />Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai..<br />Kesimpulan.<br />C. Pengamatan<br /><br />Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.<br /><br />Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format yang telah disediakan.<br /><br />D. Refleksi<br /><br />Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.<br /><br />Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.<br /><br />Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.<br /><br />Siklus II<br /><br />A. Perencanaan<br />Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah.<br />Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.<br />Pengembangan program tindakan II.<br />B. Tindakan<br />Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:<br /><br />Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran..<br />Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditayangkan melalui LCD..<br />Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan / menganalisa gambar.<br />Melalui disjusi kelompok 2 – 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas..<br />Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.<br />Mulai dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai..<br />Kesimpulan.<br />C. Pengamatan (Observasi)<br /><br />Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.<br />Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.<br />D. Refleksi<br />Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.<br />Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.<br />Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III<br />Evaluasi tindakan II<br />Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.<br /><br />Siklus III (bila diperlukan).<br /><br />Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang masalah Hak Asasi Manusia.<br /><br />Belajar PKn serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.<br /><br />Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil , permasalahan HAM, melalui metode Examples Non Examples, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.<br /><br />Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ” Perlindungan dan Penegakan HAM ” dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut :<br /><br />Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi / masalah HAM.<br /><br />M. BIAYA PENELITIAN<br /><br />N. PERSONALIA PENELITI<br /><br />O. DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Ahmad, Rohani. 1993. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.<br />Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Asbi Mahastya.<br />Asikin, Moh. 2009. Cara Cepat & Cerdas Menguasai Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) Bagi Guru. Semarang : Manunggal Karso.<br />Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.<br />Nana, Sudjana. 1991. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.<br />Sardiman, 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali Pers<br />Selverius, Suke. 1993. Evaluasi hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: PT Gramedia..<br />Uzer, Usman. 1992. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.<br /><br />(sumber : http://hasanjoen.blogspot.com/2010/08/blog-post.html)willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-86665232606916172162010-10-24T02:15:00.000-07:002010-10-24T02:30:21.070-07:00Beasiswa Dosen dari Kemdiknas Untuk Tahun 2011Saffa' seorang bloger sekaligus sebagai pemerhati kebijakan pendidikan pada 1 September 2010 melalui situs (http://f1d3ly4.wordpress.com/2010/09/01/info-beasiswa-dosen-dari-kemdiknas-untuk-tahun-2011/#more-8660) mengatakan bawah, “Yang jadi pak dosen atau bu dosen, persiapkan diri anda untuk pengembangan potensi dan diri anda. Karena tahun depan ada banyak peluang untuk mendapatkan beasiswa dari pemerintah… asyiiik kan”.<br />Ternyata benar bahwa, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) pada tahun 2011 menyiapkan dana sebesar Rp2 triliun yang dialokasikan untuk beasiswa dosen jenjang S3 dalam dan luar negeri.<br /><br />Kemdiknas berharap dengan uang triliunan itu, maka akan ada 5.000 dosen yang menempuh pendidikan S3 melalui beasiswa dalam danluar negeri, ujar Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendiknas JokoSantoso, usai menandatangani nota kesepahaman dengan KoreanInternational Cooperation Agency (Koica) tentang kerjasamapenanganan limbah industri pengolahan kelapa sawit dan produksibioenergy dan biofertilizer di Gedung Kemdiknas Jakarta, Selasa(31/8).<br />Menurut Joko, pada 2010 ini sudah ada sekitar 4.000 dosen yangdisekolahkan. Dengan rincian 2.500 belajar di perguruan tinggidalam negeri dan 1.500 dosen menempuh pendidikan di luar negeri.Kami akan meningkatkan beasiswa dosen ke luar negeri pada tahundepan, ujarnya.<br />Selain itu pemberian beasiswa S3 bagi para dosen, kementerian juga akan memberikan dana untuk membuat penelitian senilai Rp 400 miliar lebih.<br />Walaupun jumlah penerima beasiswa ke luar negeri sedang digenjot, ada kendala bahasa dimana banyak calon yang tidakmenguasai Bahasa Inggris. Padahal, ini adalah syarat mutlak, sebabcalon penerima beasiswa harus melalui tes kualifikasi akademik.<br />Terkait negara penempatan, Joko mengatakan akan dipilih yang sudah lebih maju dari pada Indonesia, seperti Australia dan Singapura. Kemdiknas sudah menjalin kerjasama dengan lembaga dan perguruan tinggi, sehingga para calon penerima beasiswa tinggal datang saja ke Kemdiknas jika sudah ada lampu hijau dari universitas yang dipilih sang calon.(T.Ad/dry). ref : depkominfo. <br />BERITA BAGUS UNTUK DOSEN, BELUM TENTU BAGUS UNTUK YANG BUKAN DOSEN, HE….HE….HE…………<br />1. suwati berkata 5 Oktober 2010 pada 11:16 kapan ada beasiswa s3 untuk guru???…..<br />2. muhammad yani berkata 11 September 2010 pada 15:22 boleh tuh bagaimana caranya untuk beasiswa S3 DALAM DAERAH<br />3. Tardi maulana berkata 8 September 2010 pada 16:29 saya ingin banget dapet ini beasiswa…, karena mengingat kemampuan financial yg menghalangi,<br />4. gilang berkata 1 September 2010 pada 16:19 saya lulus S1 pengen jadi dosen tapi harus S2, duit jg gapunya buat sekolah S2 -.-a<br />5. gadisjeruk berkata 1 September 2010 pada 07:56 weleh.. keren juga,<br />saya pengen ikutan. tapi masalahnya S1 aja belom lulus..<br />ehehehe…..<br /><br /><br />Maaf cukup dulu, tanggapan lainnya menyusul………………….salam sukses bagi mereka yang beruntung dan tidak beruntung. (Willius Kogoya)willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-72916290224993371292010-10-21T03:18:00.000-07:002010-10-21T03:43:13.470-07:00DOKTOR BARU DI PRODI PPKn/PIPS/FKIP/UNCEN<strong>CIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS GELAR DOKTOR YANG DIRAIH OLEH BAPAK NOMENSEN ST MAMBRAKU DI BIDANG SOSIOLOGI ANTROPOLOGI PADA UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG.<br /><br />BELIAU MENGABDIKAN ILMU YANG DIPEROLEHNYA PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN, JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH.<br /><br />SAAT INI PROGRAM STUDI PPKn MEMILIKI 2 (DUA) ORANG DOKTOR YAKNI, DR. ONNIE M. LUMINTANG,M.HUM DAN DR. NOMENSEN ST. MAMBRAKU. <br /><br />DALAM WAKTU DEKAT PROGRAM STUDI PPKn AKAN MENDAPATKAN SATU ORANG DOKTOR (CANDIDAT DOKTOR) BERNARDA METERAY; KINI SEDANG MENYELESAIKAN STUDI PADA FAKULTAS ILMU BUDAYA, PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DI UNIVERSITAS INDONESIA. PREDIKSI 5 TAHUN KEDEPAN PRODI PPKn MEMILIKI 3 DOKTOR, <br /><br />SIAPA BERIKUT DOKTOR BERIKUT NYA???......WAKTU YANG MENENTUKAN.......</strong>willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-36993276889868998852010-10-19T01:56:00.000-07:002010-10-19T02:04:14.712-07:00TURUT BERDUKA ATAS MENINGGALNYA BAPAK OBED SORRY ALUMNI PRODI PPKn UNCEN 15 AGUSTUS 2010ATAS NAMA MAHASISWA, PARA DOSEN DI LINGKUNGAN PRODI PPKn, KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN MENYAMPAIKAN TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA SEORANG GURU TERBAIK LULUSAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH, FKIP/PIPS PRODI PPKn A.N OBED SORRY,S.Pd. DI SORONG KARENA SAKIT PADA 16 OKTOBER 2010.<br />SEMOGA KELUARGA YANG DITINGGALKAN MEMPEROLEH PENGHIBURAN DAN BERKAT KEDAMAIAN OLEH SANG PENCIPTA TUHAN DAN ALLAH KITA. SALAM DUKA .willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-66122417683871403302010-07-26T07:14:00.000-07:002010-07-26T07:32:55.900-07:0026 Juli 2010 Jam 8.00 - 15.000 Prodi PPKn Menggelar Ujian SkripsiEmpat mahasiswa program studi PPKn IPS-FKIP UNCEN mengikuti Ujian Skripsi di Prodi PPKn.<br /><br />kali ini, yang menjadi peserta ujian antara lain: Alince Bunai, Luis, Kornelius Rumayom, dan Tinus Surabut.<br /><br />Dosen penguji, antara lain: 1) Dr. Onnie Mentang Lumintang,M.Hum 2) Drs. Jannus Rumbino,M.Si 3) Yan Dirk Wabiser, S.Pd,.M.Hum 4). Ode jamal, S.Pd,.MA dan 5) Willius Kogoya,S.Pd,.M.Sc.<br /><br /><br />Setelah Ketua Program Studi PPKn mengumumkan hasil ujian kelulusan, bagi keempat peserta tersebut, dalam wejangan yang diberikan oleh Bp Jannus Rumbino,M.Si selaku dosen senior di jurusan IPS Universitas Cenderawasih; mengatakan; Keberhasilan anda sekarang bukanlah akhir dari perjuangan anda, namun bacalah selalu berbagai buku sebagai upaya perjuangan meraih kesempurnaan. <br /><br />Akhir kata sampaikan salam bahagia buat keluarga dan handai taulan yang menanti anda di rumah dan selamat berbahagia.willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-52895812759835944462010-07-24T03:18:00.001-07:002010-07-24T03:38:06.086-07:00Prodi PPK IPS-FKIP UNCENProgram Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan PIPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menggelar Ujian Skripsi Tahap I dengan Peserta Ujian sebanyak 4 orang.<br /><br />Senin, 24 Juli 2010 pada Kegiatan Ujian tersebut, Yang berperan sebagai Penguji Ujian skripsi antara lain: 1) Dr. Onnie Mentang Lumintang, M.hum 2) Drs. Jannus Rumbino,M.Si 3) Yan Dirk Wabiser,S.Pd.,M.Hum 4) Willius Kogoya,S.Pd,M.Sc 5) Ode Jamal,S.Pd,.MA.<br /><br />Mahasiswa peserta ujian Skripsi, antara lai:<br />1. Yulius kaitana<br />2. Amos Hisage<br />3. Yuniter Mohi<br />4. Efatius Mohi<br /><br />Dalam wejangan, Dr. Onnie Mentang Lumintang,M.Hum setelah pengumumum hasil kelulusan oleh Ketua Program Studi PPKn; menyampaikan, Ujian hari ini bukanlah akhir perjuangan studi. Ditambahkan lagi; selalu belajar dan belajar untuk meraih hari esok yang lebih cerah. Akhir kata ditutup dengan ucapan "Selamat atas kelulusan dan sampaikan salam buat seluruh keluarga yang turut berbahagia.willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-69647642506406088722010-07-24T03:18:00.000-07:002010-07-24T03:37:55.434-07:00Prodi PPK IPS-FKIP UNCENProgram Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan PIPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menggelar Ujian Skripsi Tahap I dengan Peserta Ujian sebanyak 4 orang.<br /><br />Senin, 24 Juli 2010 pada Kegiatan Ujian tersebut, Yang berperan sebagai Penguji Ujian skripsi antara lain: 1) Dr. Onnie Mentang Lumintang, M.hum 2) Drs. Jannus Rumbino,M.Si 3) Yan Dirk Wabiser,S.Pd.,M.Hum 4) Willius Kogoya,S.Pd,M.Sc 5) Ode Jamal,S.Pd,.MA.<br /><br />Mahasiswa peserta ujian Skripsi, antara lai:<br />1. Yulius kaitana<br />2. Amos Hisage<br />3. Yuniter Mohi<br />4. Efatius Mohi<br /><br />Dalam wejangan, Dr. Onnie Mentang Lumintang,M.Hum setelah pengumumum hasil kelulusan oleh Ketua Program Studi PPKn; menyampaikan, Ujian hari ini bukanlah akhir perjuangan studi. Ditambahkan lagi; selalu belajar dan belajar untuk meraih hari esok yang lebih cerah. Akhir kata ditutup dengan ucapan "Selamat atas kelulusan dan sampaikan salam buat seluruh keluarga yang turut berbahagia.willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-34284963617448419592010-07-12T17:26:00.000-07:002010-07-12T17:28:46.331-07:00Turut Berduka CitaTURUT BERDUKA CITA KELUARGA BESAR PROGRAM STUDI PPKn JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL-FKIP UNCEN<br /><br /><br />ATAS TERPANGGILNYA KE TEMPAT PERISTIRAHATAN TERAKHIR, KOLEGA KERJA<br /><br />1. BAPAK DOSEN Drs. ALBERTH MATIAS RUMBIAK,M.Si PADA HARI SABTU 10 JULI 2010 DI RSUD DOK 2 JAYAPURA.<br /><br />2. BAPAK Drs. JHON KORWA MANTAN KEPALA BIRO BAAKRENSI UNIVERSITAS CENDERAWASIH PADA HARI MINGGU, 11 JULI 2010<br /><br /><br />SEMOGA KELUARGA YANG DITINGGALKAN DIBERIKAN KEKUATAN DAN KETABAHAN OLEH TUHAN YANG MAHA KUASA DAN PENYAYANG YANG BERKUASA ATAS HIDUP DAN MATI SETIAP ORANG.willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-58708918263786608722010-07-12T17:25:00.000-07:002010-07-12T17:26:23.884-07:00Ada komentar silahkan ini tempatnyawillykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-86836151809094053352010-02-19T02:58:00.000-08:002010-02-19T03:02:49.643-08:00Komentar Yan Dirk Wabiser di Tabloid JubiJurusan IPS sudah memiliki Program kerja yang jelas, yang belum jelas adalah berapa dana operasional untuk kegiatan sesuai program kerja tersebut. semoga Program studi Sejarah, Program Studi Geografi dan Program Studi PPKn bersatu padu melaksanakan program jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial; sebagaiman diliput oleh wartawan Jubi.<br /><br />http://tabloidjubi.com/index.php/index-berita/jayapura/5540-fkip-uncen-akan-gelar-kegiatan-pengembangan-kemahasiswaan-willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-47598415615408362292010-02-19T01:48:00.000-08:002010-02-19T02:00:08.721-08:00Pemberitahuan Kepada ALumni Prodi PPKn Univeristas Cenderawasih1. Berilah komentar anda tentang pesan dan kesan selama anda kuliah di Prodi PPKn<br />2. Apa tanggapan anda tentang kurikulum Prodi PPKn dikaitkan dengan kemampuan atau nilai jual anda di tempat kerja anda (tuntutan pasar kerja saat ini)???<br /><br /><br />Komentar anda sangat membantu evaluasi diri Prodi PPKn, yang ditindaklajuti dengan perubahan kurikulum seperlunya demi kualitas profesionalitas anda di dunia kerja.willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-89076628918913163612010-02-19T00:52:00.000-08:002010-02-19T01:01:00.049-08:00Kegiatan Seminar Proposal semester Gasal 2009-2010Ketua Program Studi bersama Dosen Prodi PPKn melakukan kegiatan Seminar Proposal Skiripsi pada tanggal, 13 Februari 2010willykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-52005450060921702842010-02-19T00:30:00.000-08:002010-02-19T00:31:14.977-08:00Implementasi Otsus di PapuaUANG OTSUS MEMANG MENJAWAB KEBUTUHAN ORANG PAPUA, NAMUN TIDAK MENDIDIK ORANG PAPUA<br /><br />Oleh<br /><br />Willius Kogoya*<br /><br />Pada hari senin, tanggal 21 Mei 2007, bertempat di Ruang sidang Pimpinan Sokolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, dalam sebuah kegiatan workshop. Dihadiri oleh beberapa prof Doktor dan Direktur Pascasarjana dan beberapa ketua-ketua program studi sekolah pasca sarjana UGM, mengundang gubernur provinsi Papua. Dan turut hadir juga kami beberapa mahasiswa asal Papua yang ada di Yogyakarta. Kehadiran gubernur pada waktu itu diwakili oleh bpk J. Modow (kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua) untuk menyampaikan materi tentang ”Rencana Kebutuhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Papua”. Dari banyak hal yang telah disampaikan, saya mencatat ”ada upaya pemerintahan Bas Suebu untuk membuka Freeport-freeport baru di kawasan Papua Selatan dengan membuka lahan kelapa sawit yang luas dalam skala besar dengan bekerja sama dengan orang Cina” dan menggaris bawahi ”Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Mulai dari Kampung dengan anggaran pada tahun 2007 ini 45% atau sekitar 500 juta diberikan ke Kampung”. Sejak dalam kampanye sebelum terpilih sebagai gubernur saya sudah pernah dengar, bahkan dalam berita di surat kabar atau media elektronik sudah sering dengar tapi tidak pernah membuat saya berpikir.<br /><br />Ketika duduk dihadapan meja diskusi saya berpikir, dengan perasaan terharu mengambil pena dan cepat mencatat di buku harian karena mendengar kata ”kampung” dan ”Uang untuk Kampung”. Ada apa dengan Kampung?, Orang Kampung mau dirubah seperti apa?, Sudah dipikirkan secara matang dampak-dampak moral dan dampak terhadap sosial budaya? Benarkah program ini lebih banyak positifnya daripada dampak negatif? Antara optimis dan pesimis terus bergejolak dihati saya. Kebanyakan orang yang sedang duduk di kursi eksekutif, legislatif, dan Yudikatif banyak yang berasal dari kampung. Saya dan teman-teman senasib-seperjuangan yang studi di Yogyakarta atau di kota studi lainnya kebanyakan berasal dari kampung. Kampung menjadi jantung hati kami, kami merasa tenang dan senang apabila kampung tempat lahir kami ada dalam keadaan aman, damai dan tenteram. Ketika kampung kami dipolitisir, diberi label telanjang, bodoh, miskin dan terbelakang bahkan tidak sedikit orang-orang tua kami yang tidak tau apa-apa soal negara, ditangkap dan disiksa bahkan dibunuh dengan alasan melakukan makar, hati kami sangat sedih bahkan mau mati rasanya memikirkan nasib mereka, bahkan mereka pun memikirkan nasib kami, bagaimana biaya hidup, bagaimana biaya studi anak-anak mereka. Mereka dikampung itu jugalah harapan kami satu-satunya yang selalu mendukung dengan membanting tulang, bekerja tanpa mengenal lelah untuk membiayai anak-anaknya yang sedang sekolah atau kuliah dimana-mana. Karena kami yang berasal dari kampung kebanyakan tidak merasakan dana Pendidikan Otsus yang katannya cukup banyak. Yang jadi pertanyaan untuk siapa dana pendidikan itu? Jawab pemerintah ”untuk orang Papua toh!”. o,ya??? Orang Papua siapa??? Orang Papua yang lurus, apa Kriting, orang Papua anak Pejabat?? Atau petani? Anak kota atau anak kampung ? kata bpk J. Modow, Diberikan dana pendidikan yang banyak kepada Perguruan tinggi negeri dan swasta, selanjutnya beliau mengatakan, ”jika kamu sebagai tenaga pengajar mintalah sama rektor dan Dekan? Kalau demikian timbul pertanyaan berapa banyak jumlah dosen? Berapa jumlah dana yang diberikan kepada mereka? Benarkah dana otsus sudah digunakan dengan jujur dan adil di Perguruan Tinggi? Hampir semua teman-teman saya yang datang mengikuti seminar di ruang Pimpinan sekolah pascasarjana Universitas Gadjah Mada mengeluh, karena tidak pernah merasakan dana pendidikan yang banyak jumlahnya itu. Semua penuh ketidakjujuran dan ketidakadilan, ungkap kami semua dihadapan direktur pascasarjana dan beberapa unsur pimpinan, yang pada saat itu hanya terheran-heran mendengar unek-unek kami. Belum lagi dengan masalah orang kampung di Pusat Kota Jayapura dalam bidang Ekonomi, berjualan sayuran dan umbi-umbian di bawah terik matahari, atau menjual pinang di depan toko dan supermarket dengan tempat yang tidak layak, sementara jika kita lirik ke kanan atau kekiri ada gedung-gedung megah dan mewah yang didalamnya orang kota (pendatang) berjualan KFC, ada Supermarket, toko yang mega tidak ada orang kampung yang mendapat tempat disana. Setelah berjualan orang kampung di pusat kota Jayapura atau ibu kota Jayapura itu pulang, katanya sakit kepala, ternyata kena malaria dan tidak sedikit dari mereka yang meninggal karena sehari-hari harus berjualan dan kena panas dan hujan. Pada hari yang berbeda saya diundang untuk diskusi di kampus Pascasarjana HI UGM, tepatnya tanggal, 13 Juni 2007 ada diskusi yang seru membicarakan nasib Papua dari berbagai disiplin ilmu dalam bentuk sharing lepas bahkan ada penyampaian materi yang pertama tentang ”Paradox of Planty oleh Tim JIP FISIPOL UGM” dan kedua tentang ”Mempertemukan Antara Pembangunan dan Kebudayaan; Dialogis Menuju Kesejahteraan Masyarakat Papua oleh Jurusan Ilmu Sosiatri). Dari sekian banyak hal yang dibicarakan saya mencatat beberapa hal saja, bahwa Implementasi UU Otsus untuk Papua membawa konsekuensi besar pada aspek finansial pemerintah daerah. Melalui Otsus, pemerintah provinsi Papua mendapat dana penerimaan Pemerintah Daerah Papua dari PAD dan Otsus sekitar 4 triliun per tahun. Jumlah ini setara dengan total pendapatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang berpenduduk sekitar 36 juta, sedangkan penduduk Papua hanya 2,6 juta orang. Logika kapital kembali lagi diberikan oleh Jakarta untuk mewujudkan keadilan sosial di Papua. Seperti halnya kebijakan developmenalism pemerintah Orde Baru, kebijakan politik dan finansial sebagai instrumen menyelesaikan pelbagai permasalahan keadilan sosial tidak berjalan efektif. Kebijakan tersebut memunculkan pelbagai masalah baru akibat melimpahnya sumber daya (the problem of plenty). Uang bukan menjadi bagian positif dalam hidup, tetapi justru sebaliknya. Uang justru merusak identitas, harkat dan martabat orang Papua. Uang memang menjawab kebutuhan kami, namun tidak mendidik kami (pernah diungkapkan oleh Jimmy Suebu mahasiswa Widya Mataram, dalam suatu diskusi di FISIPOL UGM, 9 Juni 2007). Negara konsisten untuk mensimplikasi penyelesaian persoalan keadilan sosial untuk mencapai kesejahteraan di Papua dalam perspektif materi.<br /><br />Uang sebagai akar segala jenis kejahatan, telah berhasil merayu pemegang uang rakyat dari Istana Presiden dan Menteri-menterinya, Gubernur dan jajarannya di Provinsi, bupati dan jajarannya di kabupaten, kepala distrik dan jajarannya, dalam kasus-kasus korupsi triliunan, milyaran hingga ratusan juta, dan kini giliran kampung-kampung untuk diuji dengan uang darah orang Papua yang ada dalam kuburan terhormat bahkan tempat tidak terhormat di hutan-hutan, pesisir pantai dan digunung-gunung yang mana banyak tulang belulang berhamburan. Harapan bagi penguasa-penguasa kampung, Jangan sampai merusak kerukunan hidup yang harmonis, aman damai di kampung dengan 500san juta keping perak ini. Jika dipakai untuk berfoya-foya, menari-nari untuk kepentingan pribadi yang tidak jelas, maka mendatangkan kutuk dan malapeteka di kampung kami yang kami cintai. Bangunlah kampung kami tercinta dengan memperhatikan keseimbangan, keserasian dan keharmonisan antara manusia dengan sesama, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Ingat...bangunlah kampung kami dengan hikmat yang Tuhan berikan sesuai kondisi setempat. Jangan mudah percaya dengan konsep pembangunan dan yang muluk-muluk dan menerima begitu saja pemekaran Kampung sampai Pemekaran Provinsi yang sudah terbukti memecah-belah orang Papua, hilangnya nilai solidaritas, nilai kebersamaan, karena tidak semua hal baik yang ditawarkan itu berguna. Sekali lagi jangan menjual kehormatan, harkat dan martabat kampung dengan 500san juta keping perak. Semoga MRP dan Pemerintah Provinsi dan beberapa elemen secara nenggi-kenggi (istilah / konsep orang Dani artinya mengatasi setiap permasalahan yang dihadapi secara bersama-sama) segera membuat perdasi dan perdasus untuk memproteksi orang asli Papua, sesuai amanat Otsus, kalau memang benar dan serius mau membangun dari Kampung. Yogyakarta, 15 Juni 2007.<br /><br />* * *<br /><br />* Dosen FKIP-UNCEN dan kini sedang Studi di S2 Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, No HP. 081328439500<br /><br />E-mail : willy.kogoya@gmail.com<br /><br />Willy_kogoya@yahoo.comwillykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3004770609634461708.post-82338966978653875972010-02-19T00:28:00.000-08:002010-02-19T00:29:19.865-08:00Kemampuan Guru ProfesionalHAL-HAL PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH SEORANG GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR, ANTARA LAIN:<br /><br />1. Penggunaan bahan Pembelajaran Sesuai dengan Kurikulum (GBPP) Sekolah<br /><br />2. Perumusan TPK<br /><br />3. Pengorganisasian Materi Pelajaran<br /><br />4. Pilihan Media<br /><br />5. Penentuan Sumber Belajar<br /><br />6. Pilihan Jenis Kegiatan Belajar<br /><br />7. Susunan Langkah-Langkah Pembelajaran<br /><br />8. Pilihan Cara Memotivasi Peserta Didik<br /><br />9. Penetapan Alokasi Belajar Mengajar<br /><br />10. Cara Pengorganisasian Peserta Didik<br /><br />11. Penentuan Prosedur Penilaian<br /><br />12. Pembuatan Alat Penilaian<br /><br />13. Penggunaan Bahasa Tulis<br /><br />14. Kebersihan dan Kerapian Tulisan<br /><br />15. Melaksanakan Tugas Rutin Kelas<br /><br />16. Menggunakan Waktu PBP Efisien<br /><br />17. Menggunakan Kegiatan Pembelajaran Sesuai dengan tujuan Materi, Peserta Didik dan Lingkungan<br /><br />18. Menyediakan dan Menggunakan Alat Bantu sesuai dengan Tujuan<br /><br />19. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran dengan Urutan Logis<br /><br />20. Memberi Petunjuk dan Penjelasan yang berkaitan dengan isi Pelajaran<br /><br />21. Menggunakan respon dan pertanyaan peserta didik dalam pembelajaran<br /><br />22. Mengimplementasikan KBM dalam urutan yang logis<br /><br />23. Mendemostrasikan KBM dengan macam-macam metode yang tepat.<br /><br />24. Membantu Peserta Didik mengenal maksud dan Pentingnya Topik<br /><br />25. Mendemonstrasikan Penguasaan Bahan Pengajaran<br /><br />26. Memberi Kesempatan kepada Peserta untuk Berpartisipasi aktif<br /><br />27. Melaksanakan Penilaian selama PBM<br /><br />28. Melaksanakan Penilaian Awal dan Akhir dalam PBM<br /><br />29. Membuat Rangkuman dan Memberi PR<br /><br />30. Keefektifan Pembelajaran<br /><br />31. Penggunaan Bahasa Indonesia Lisan<br /><br />32. Peka terhadap Kesalahan Berbahasa Peserta Didik<br /><br />33. Penampilan / Cara Berpakaian dalam Pembelajaranwillykogoyahttp://www.blogger.com/profile/12334784626472691155noreply@blogger.com0